Kamis 08 Aug 2024 07:17 WIB

Jadi Sasaran Kerusuhan, Ternyata Muslim di Inggris Paling Dermawan

Muslim di Inggris akan terus memperbanyak sedekah.

Rep: Fitriyan Zamzami/ Red: Erdy Nasrul
Ilustrasi Muslim di Inggris.
Foto: EPA-EFE/Adam Vaughan
Ilustrasi Muslim di Inggris.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Muslim di Inggris dikenal sebagai komunitas paling dermawan. Berdasarkan riset, mereka berdonasi empat kali lebih banyak bila dibandingkan komunitas lain untuk program sosial setiap tahun.

Konsultan branding dan komunikasi Blue State di Inggris melaporkan rerata Muslim berdonasi 708 Poundsterling sepanjang 12 bulan. Sedangkan rerata warga Inggris berdonasi 165 Pounsterling. Komunitas Muslim di UK juga dua kali lebih banyak dari kebiasaan warga Inggris pada umumnya untuk berdonasi melalui event dan tantangan personal, semisal melalui lomba lari Marathon. Hadiah jika menang lomba tersebut didonasikan untuk sosial.

Baca Juga

Peneliti menemukan fakta ini berdasarkan analisis pendapatan warga Inggris yang berpenghasilan 75.000 hingga 100.000 Poundsterling.

Ada banyak sekali manfaat yang bisa dihasilkan dari sedekah, baik itu bagi penerima maupun pemberi. Terlebih jika aktivitas berbagi dilakukan di bulan Ramadhan. Sedekah menjadi amal yang mampu menambah dari kekurangan yang dimiliki seseorang. Kekurangan itu bisa terisi dan menjadi tercukupi. Sedekah bisa meringankan beban yang dimiliki seseorang hingga membuatnya tersenyum.

Jadi sasaran kerusuhan

Meski dikenal dermawan, Muslim di Inggris ternyata menjadi sasaran aksi kerusuhan massal ekstremis Sayap Kanan di sana. Pelaku kerusuhan tersebut disinyalir sebagai islamophobis dari berbagai ras. Mereka termakan berita bohong tentang sejumlah anak berdansa yang kemudian dianiaya warga kulit hitam yang dikira Muslim. Ternyata bukan Muslim, pelaku merupakan penganut agama lain.

Aksi antirasisme

Ribuan pengunjuk rasa anti-rasisme berkumpul di seantero Inggris dan membentuk perisai manusia untuk melindungi pusat suaka. Ini merupakan aksi tandingan setelah polisi memperingatkan akan adanya kerusuhan dari lebih dari 100 demonstrasi sayap kanan.

Sambil memegang plakat bertuliskan “terima pengungsi” dan “tolak rasisme”, orang-orang turun ke jalan di kota-kota besar dan kecil sembilan hari setelah negara itu diguncang oleh penikaman fatal terhadap tiga gadis di Merseyside dan kerusuhan yang terjadi setelahnya. Namun hanya ada sedikit tanda-tanda kerusuhan seperti yang terlihat selama seminggu terakhir.

Polisi melancarkan mobilisasi terbesar mereka untuk mencegah kekacauan pada Rabu, dengan mengatakan bahwa banyak dari aksi protes sayap kanan yang direncanakan berpotensi berubah menjadi kekerasan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement