REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menangis adalah sebuah reaksi psikologis yang dialami seseorang saat merespons hal-hal yang menyentuh keadaan jiwanya. Umumnya manusia pernah mengalaminya. Begitu pula dengan Nabi Muhammad SAW.
Meski begitu, tangisnya Rasulullah SAW tidak seperti kita. Beliau mempunyai makna yang mendalam di balik derai air matanya. Bukan karena hal yang remeh temeh.
Berikut beberapa hal yang pernah membuat Nabi SAW menangis.
Pertama, Rasulullah SAW menangis karena takut pada Allah. Beliau sering menangis dalam shalat malam. Bilal bin Rabah pernah melihat janggut Nabi SAW basah oleh air mata.
Kemudian, ia bertanya, “Ya Rasulullah, mengapa engkau menangis, padahal Allah SWT mengampunimu atas segala apa yang telah lalu dan apa yang akan datang?"
Rasulullah SAW menjawab, “Apakah aku harus tidak menjadi hamba yang bersyukur?"
Kedua, Nabi SAW menangis dalam shalatnya dan saat mendengar Alquran. Beliau sering meminta Abdullah bin Mas'ud untuk membacakan ayat-ayat Alquran. Ketika sampai pada surah an-Nisa ayat ke-41.
فَكَيْفَ إِذَا جِئْنَا مِن كُلِّ أُمَّةٍۭ بِشَهِيدٍ وَجِئْنَا بِكَ عَلَىٰ هَٰٓؤُلَآءِ شَهِيدًا
Maka, seketika Rasulullah SAW meneteskan air mata. Adapun arti ayat itu: "Dan bagaimanakah (keadaan orang kafir nanti), jika Kami mendatangkan seorang saksi (Rasul) dari setiap umat dan Kami mendatangkan engkau (Muhammad) sebagai saksi atas mereka."
Ketiga, Nabi SAW menangis karena kehilangan orang-orang yang dicintainya. Putri beliau, Ummu Kultsum suatu ketika jatuh sakit. Keadaannya amat lemah sehingga dirinya merasakan bahwa ajal telah dekat. Ia pun tak henti-henti berzikir.
Hingga pada pagi hari, 'Aisyah datang menemuinya. Ummu Kultsum tampak kian kritis. Dengan lekas, sang ummul mukminin menyampaikan keadaan itu kepada Rasulullah SAW dan Utsman bin Affan.
Saat Rasulullah tiba, putrinya itu berada pada saat-saat terakhirnya. Air mata Rasulullah menetes dari matanya. Ketika itu, Ummu Kultsum wafat.
Asma binti Umais, Shafiyah binti Abdul Muthalib, Ummu Atiyah Al Anshari dan Rasulullah SAW sendiri memandikan jenazah Ummu Kultsum. Kemudian, jasad sang putri Nabi SAW dibawa ke kompleks Permakaman Baqi dan dimakamkan di sana.
Rasulullah SAW memang berduka dengan kehilangan putrinya, tetapi juga ridha dengan takdir Allah SWT. Peristiwa itu terjadi pada Syaban tahun kesembilan Hijriyah.
Nabi SAW juga menangis ketika Rasulullah mengunjungi makam ibunya. Beliau pun berurai air mata saat putranya, Ibrahim, meninggal.