Jumat 19 Jul 2024 17:51 WIB

Ketika Orang Tua Durhaka pada Anak

DI hadapan Umar, akhirnya terungkap bahwa si orang tua-lah yang durhaka pada anak.

Ilustrasi Anak berbakti kepada orang tua
Foto: Mgrol120
Ilustrasi Anak berbakti kepada orang tua

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Islam mengajarkan bahwa anak wajib berbakti kepada kedua orang tua. Kepatuhan anak itu terutama ditekankan pada ibunya. Sebab, ibu telah mengandung dan menyapihnya dengan perjuangan yang amat besar.

وَوَصَّيۡنَا الۡاِنۡسٰنَ بِوَالِدَيۡهِ‌ۚ حَمَلَتۡهُ اُمُّهٗ وَهۡنًا عَلٰى وَهۡنٍ وَّفِصٰلُهٗ فِىۡ عَامَيۡنِ اَنِ اشۡكُرۡ لِىۡ وَلِـوَالِدَيۡكَؕ اِلَىَّ الۡمَصِيۡرُ

Baca Juga

"Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada Aku (Allah) kembalimu" (QS Luqman: 14).

Bagaimanapun, bakti anak itu harus melihat pula pada situasi. Bila bapak atau ibunya justru menjerumuskannya pada maksiat, maka gugurlah kepatuhan si anak kepadanya.

وَوَصَّيۡنَا الۡاِنۡسَانَ بِوَالِدَيۡهِ حُسۡنًا‌ ؕ وَاِنۡ جَاهَدٰكَ لِتُشۡرِكَ بِىۡ مَا لَـيۡسَ لَـكَ بِهٖ عِلۡمٌ فَلَا تُطِعۡهُمَا ؕ

"Dan Kami wajibkan kepada manusia agar (berbuat) kebaikan kepada kedua orang tuanya. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang engkau tidak mempunyai ilmu tentang itu, maka janganlah engkau patuhi keduanya" (QS al-Ankabut: 8).

Alkisah, pada masa khalifah Umar bin Khattab, ada seorang ayah yang menyeret putranya untuk dihadapkan kepada Amirul Mukminin. Di depan sahabat Nabi Muhammad SAW berjulukan al-Faruq itu, si bapak mengadukan perihal kelakuan anaknya.

Menurut dia, putranya itu sangat susah patuh dan berbakti kepadany. "Mohon nasehati dia, wahai Amirul mukminin! Anak ini sudah sangat durhaka kepadaku!" kata orang tua itu.

Umar pun menasehati anak lelaki itu. "Wahai anak muda, takutlah engkau kepada Tuhanmu. Ingat, ridha Allah tergantung pada ridha orang tua," kata al-Faruq.

Tiba-tiba, si anak bertanya balik ke Umar. "Ya Amirul mukminin!" katanya, "bukankah Islam tidak hanya mengajarkan bahwa anak berbakti kepada orang tua, tetapi juga orang tua bertanggung jawab atas anaknya?"

"Benar," jawab Umar.

"Jika demikian,'" sahut si anak, "bagaimana mungkin aku berbakti kepada ayahku? Demi Allah, ayahku tidak sayang kepada ibuku, yang diperlakukannya seolah-olah hamba sahaya. Dia juga tak menamaiku dengan nama yang baik. Aku dinamainya 'Juala' (barang jadian). Dia juga tak mengajariku mengaji Alquran, satu ayat pun!"

Seketika, Umar bin Khattab berpaling. Kini, sorot matanya memandang tajam ke arah bapak anak itu.

"Bila demikian, ini bukan soal anakmu yang durhaka, tetapi kamulah orang tua durhaka!" katanya berseru.

Di samping senantiasa menghardik atau bersikap kasar di rumah, ciri-ciri orang tua durhaka juga kerap menyia-nyiakan waktu. Misal, bapak (atau ibu) bersikap masa bodoh terhadap pendidikan agama sehingga anaknya tidak begitu mengenal Islam--walaupun mereka mengaku sebagai Muslim. Dalam kasus Umar di atas, si anak sampai-sampai tidak diajarkan mengaji Alquran.

Ibnu al-Qayyim al-Jauzi dalam Tuhfat al-Maudud berkata: "Barangsiapa menyia-nyiakan pendidikan yang berguna untuk masa depan anaknya, dan putra atau putrinya dibiarkan begitu saja, maka sungguh dia menjadi orang tua yang paling merugi.

Kebanyakan anak menjadi rusak moralitasnya disebabkan faktor orang tua yang menyia-nyiakan pendidikan anaknya. Akibatnya, anak itu tak berkembang akal pikirannya dan tak mendatangkan manfaat di masa depannya untuk kedua orangtuanya."

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement