Senin 15 Jul 2024 08:39 WIB

Ali Moustafa Mosharafa, Sahabat Einstein yang Diduga Tewas di Tangan Mossad

Einstein berduka atas kematian Ali Moustafa Mosharafa

Ali Moustafa Mosharafa
Foto: Ist
Ali Moustafa Mosharafa

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ali Moustafa Mosharafa merupakan sosok ilmuwan jenius asal Mesir. Kontribusi terbesar sosok kelahiran 11 Juli 1898 di Damietta, Mesir, ini adalah mengembangkan teori kuantum dan teori relativitas Albert Einstein. Dia merupakan salah satu ilmuwan terbaik dalam bidang fisika. Sayangnya, Ali Moustafa meninggal dunia pada tahun 1950. 

Mosharafa merupakan satu dari tujuh ilmuwan di dunia yang mengetahui rahasia struktur atom. Pria yang dikirim Kementerian Pendidikan Mesir ke Inggris dan mendapat gelar sarjana sains dari Universitas Nottingham pada 1920 itu, tercatat pernah menulis buku tentang teori relativitas.

Baca Juga

BACA JUGA: Genosida Gaza Masih Terjadi, 5 Intelektual Nahdliyin Ini Malah Menghadap Presiden Israel

Buku tersebut lantas dialihbahasakan ke dalam bahasa Inggris, Prancis, dan Jerman kemudian dicetak ulang di Amerika Serikat. Dia juga menerjemahkan buku astronomi dan matematika setidaknya 10 judul buku. 

Selama 1920 hingga 1930, Mosharafa mempelajari Persamaan Maxwell dan sering bertukar surat dengan Albert Einstein. Ketika Einstein mengunjungi Mesir, ia secara khusus meminta bertemu dengan Mosharafa. Dari pertemuan itulah, rumus E sama dengan MC kuadrat dikembangkan.

Tak hanya dikenal sebagai ilmuwan ulung, Mosharafa dikenal kontribusinya dalam bidang organisasi sosial. Pria yang memperoleh gelar Phd pada 1923 dari King's College London itu percaya gurun Mesir kaya akan uranium dan dia menganggap padang pasir sebagai sumber terkaya kedua setelah Sungai Nil.

Partisipasinya terekam dalam membangun asosiasi mahasiswa dan profesor. Dia pernah didaulat sebagai presiden asiosiasi itu. Para anggotanya terdiri atas mahasiswa dan profesor pilihan terbaik. Dia mengajarkan kebebasan berbicara dan cara mengatasi masalah serta diskusi yang lebih beradab dalam asosiasi tersebut.

Untuk kali pertama, fisikawan dan juga profesor matematika terapan di Fakultas Ilmu Pengetahuan di Universitas Kairo itu mengubah sejarah dengan menerima siswa dari negara Arab lainnya. Bagi dia, pembatasan nasional dan diskriminasi gender hanyalah cara lain menebarkan kebencian dan kecemburuan.

Perhatiannya terhadap perkembangan karya ilmiah tak bisa juga dipandang sebelah mata. Dia sangat ingin menyebarkan kesadaran ilmiah pada publik. Sebagai bukti dan contoh, dia menulis beberapa artikel dan buku untuk publik tentang sains secara sederhana. Warisan intelektualnya bisa ditelusuri, seperti tertuang dalam ensiklopedia ilmiah Arab dan buku-buku tentang warisan ilmiah orang Arab.

Setidaknya sebanyak 25 makalah di jurnal dan 12 buku ilmiah terkemuka mengenai teori kuantum, teori relativitas, dan hubungan antara radiasi dan materi, berhasil dicetuskan sosok penggemar musik dan matematika ini.  Buku-bukunya yang terkenal, di antaranya We and Science, Science and Life, Atom and Atomic Bomb, Scientific Claims, dan Engeneering in Pharaohs Times.

Beberapa judul artikel dalam jurnal ilmiah yang diterbitkan, di antaranya yang pertama On the appearance of unsymmetrical commponents in the stark effect terbit pada 1922 dan yang terakhir The mass defect curves on nuclear forces 1949.

Mosharafa tertarik dengan sejarah sains, terutama yang berasal dari ilmuwan Arab pada Abad Pertengahan. Bersama muridnya, M Morsi Ahmad, dia menerbitkan buku al-Khwarizm Book the compendious book on calculation by completion and balancing atau dikenal dengan kitab al-Jabr wa al-Muqabala.

Selanjutnya...

sumber : Pusat Data Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement