REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setelah menang dalam pemilihan presiden putaran kedua di Iran, Masoud Pezeshkian menulis di platform X bahwa akan ada "Jalan sulit ke depan yang tidak bakal mulus, kecuali dengan persahabatan, empati, dan kepercayaan".
Selain itu, ia juga menulis bahwa "Saya mengulurkan tangan saya ke arah Anda dan bersumpah demi kehormatan saya bahwa saya tidak akan meninggalkan Anda sendirian di jalan ini. Jangan tinggalkan saya sendiri".
Seperti diberitakan berbagai media di berbagai penjuru dunia, Pezeshkian yang dikenal sebagai seorang reformis moderat itu menang dalam pilpres putaran kedua Iran dengan meraih 16.384.403 suara, sedangkan saingan terdekatnya, yaitu Saeed Jalili, yang dikenal berasal dari kubu konservatif, hanya bisa meraih 13.538.179 suara. Jumlah pemilih pada putaran kedua ini tercatat lebih dari 50 persen total penduduk, atau lebih tinggi dibanding jumlah pemilih pada putaran pertama yang diberitakan hanya mencapai sekitar 40 persen penduduk.
Pezeshkian akan menggantikan Presiden Ebrahim Raisi yang meninggal dalam kecelakaan helikopter pada 19 Mei bersama tujuh orang lainnya.
Mantan Menteri Kesehatan pada masa pemerintahan Mohamad Khatami (2001-2005) ini juga merupakan anggota parlemen sejak 2008, serta merupakan pemimpin dari Universitas Ilmu Kedokteran Tabriz, yang merupakan salah satu institusi medis terkemuka di Iran utara.
Sejumlah negara, terutama negeri sahabat Iran, seperti Rusia, dengan cepat memberikan ucapan selamat.
Kremlin, sebutan bagi Istana Kepresidenan Rusia, menyatakan Presiden Putin telah memberikan selamat kepada Pezeshkian, serta memaparkan hubungan antara kedua negara sebagai hubungan yang bersahabat dan bertetangga baik.
Putin juga mengakui bahwa Moskow dan Teheran selama ini juga telah melakukan upaya kerja sama yang terkoordinasi dengan baik dan efektif dalam mengatasi beragam agenda internasional.
Stabilitas regional
Putin mengutarakan harapannya pula agar terpilihnya Pezeshkian sebagai presiden juga akan memperluas kerja sama bilateral di berbagai bidang demi kepentingan menyederhanakan keamanan dan stabilitas regional.
Sementara nada positif, meski juga diwarnai rasa skeptisisme yang kental, juga datang dari negara-negara Barat. Media CNN menulis bahwa Pezeshkian sebagai sosok yang lebih mementingkan dialog dengan lawan-lawan Iran.
Dialog dengan lawan Iran tersebut juga dimaksudkan untuk mengatasi permasalahan domestik yang selama ini dirasakan Negeri Para Mullah itu.
Direktur Program Timur Tengah dan Afrika Utara Chatham House (lembaga wadah pemikir di London), Sanam Vakil menyatakan bahwa tentu saja terpilihnya Pezeshkian akan dapat begitu saja mengubah kebijakan Iran, tetapi Pezeshkian dinilai akan berupaya menghasilkan kondisi yang tidak terlalu represif.
Diakui bahwa kekuasaan presiden di Iran adalah terbatas, tetapi Pezeshkian dinilai akan membuat ruang untuk sejumlah kebebasan sosial, kata Vakil, sebagaimana dikutip CNN.
Senada, media CNBC mengutip peneliti Center for International Policy Sina Toosi juga menyadari bahwa hasil pemilihan presiden di Iran dapat mengubah prioritas, nada, dan taktik dari kebijakan, baik domestik maupun luar negeri Iran.
Apalagi, lanjut Toosi, selama ini prinsip utama yang memandu keputusan strategis Iran sangat ditentukan oleh kerangka yang telah ditetapkan pemimpin tertinggi serta sejumlah lembaga yang sangat berpengaruh lainnya di Iran, seperti Garda Revolusi.
Untuk itu, kemenangan Pezeshkian dinilai dapat membuka jalan bagi pembaruan hubungan diplomatik dan kebijakan dalam negeri yang sedikit lebih progresif.
Namun, dengan batasan yang ada dalam struktur menyeluruh lanskap politik Iran, maka perubahan yang akan terjadi dinilai akan terjadi secara bertahap.
Meski demikian, potensi perubahan dari gaya keras menjadi lebih tidak represif seharusnya dihargai oleh berbagai pihak, terutama mereka yang pro terhadap jalan perdamaian yang abadi secara luas di kawasan Timur Tengah.
Timteng terus membara
Bila mengingat bahwa saat ini Timteng masih terus membara, dan "bara" terakhir yang menjadi sorotan global adalah baku tembak yang dilakukan oleh pasukan Israel dan pejuang Hizbullah Lebanon.
Dengan nada yang saling mengancam antara kedua belah pihak, terlebih dengan serangan rudal serta amunisi lainnya yang membahayakan nyawa manusia, maka banyak pihak mencemaskan akan pecahnya perang terbuka.
Sebuah hikmah tersembunyi lain juga sebenarnya bisa dipetik dari keputusan para pemilih Iran yang lebih banyak mencoblos sosok reformis demokrat dibandingkan mereka yang garis keras, adalah berarti banyak warga yang tidak menginginkan perang yang berkelanjutan dan terus-menerus.
Untuk itu, para pemilih juga pasti lebih memilih sebuah pemerintahan di Iran yang lebih stabil, terutama guna mengatasi permasalahan ekonomi dalam negeri.
Seorang warga Teheran, Hossein Imani, kepada CNN menyatakan bahwa dengan kepemimpinan Pezeshkian, maka ke depannya diharapkan berbagai sanksi yang diterapkan kepada Iran akan dapat diangkat.
Imani menyatakan bahwa bila sanksi itu akan betul-betul dapat diangkat, maka hasilnya akan lebih baik bagi kesejahteraan masyarakat Iran.
Untuk itu, dia juga merasakan adanya aura positif mengenai terpilihnya Pezeshkian sebagai presiden, asalkan memang berbagai janji yang ada benar-benar dipenuhi oleh presiden terpilih.
Membuat perubahan memang bukanlah langkah yang mudah, terlebih di suatu kawasan seperti Timteng.
Namun, adanya seseorang yang terpilih sebagai presiden Iran yang dengan terbuka mementingkan dialog dan empati adalah hal yang sangat layak diapresiasi, karena beragam aspek tersebut juga esensial dalam rangka mewujudkan perdamaian sejati ke depannya. Semoga!