REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA — Ketua Presidium Medical Emergency Rescue Committee (MER-C), Sarbini Abdul Murad menanggapi berita terkait Indonesia yang masih melakukan impor dari Israel pada Januari-April 2024. Sebagaimana diketahui, impor tersebut senilai puluhan juta Dolar AS dan meningkat jumlahnya pada awal tahun 2024.
"Saya kaget temuan itu dan saya minta kepada DPR RI untuk memanggil institusi tersebut, karena ini benar-benar melukai konstitusi dan kemanusiaan," kata Sarbini kepada Republika, Rabu (3/7/2024).
Sarbini menegaskan, impor dari Israel tidak bisa dibiarkan. Menteri Perdagangan RI juga mesti pro aktif dalam hal ini. Sarbini mengajak semuanya untuk membayangkan betapa buasnya Israel kepada bangsa Palestina. Sudah semestinya para pengusaha empati dan ikut boikot produk yang terafiliasi dengan Israel sebagaimana telah diserukan Majelis Ulama Indonesia (MUI).
"Langkah sinergis ini penting dalam menekan dan menghentikan genosida Israel terhadap warga Palestina," ujar Sarbini.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), yang ditelusuri Republika, urutan pertama produk impor Israel ke Indonesia pada periode Januari-April 2024 adalah alat permesinan dan mekanik (HS 84). Nilai impornya mencapai 24,52 juta Dolar AS. Angka ini melonjak drastis dari periode yang sama tahun lalu, yaitu 1,87 juta Dolar AS.
Tiga produk lain yang diimpor dari Israel dengan nilai terbesar adalah mesin dan peralatan elektronik (HS 85) senilai 1,24 juta Dolar AS (naik dari 942 ribu Dolar AS pada periode yang sama tahun lalu). Perkakas dari logam tak mulia (HS 82) senilai 1,22 juta Dolar AS (turun dari 1,78 juta dolar AS pada periode yang sama tahun lalu). Terakhir amunisi, senjata dan yang terkait dengannya (HS 93) senilai 8.047 dolar AS.
BPS mencatatkan ada lonjakan tajam impor dari negara Zionis Israel pada tahun ini. Jika periode Januari-April tahun 2024 dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, terlihat ada peningkatan hampir 340 persen.