Rabu 03 Jul 2024 09:13 WIB

Baca Surah Al-Waqiah Membuka Pintu Rezeki Padahal Artinya Hari Kiamat, Kok Bisa?

Ayat 63 sampai 76 surah Al-Waqiah bicara Allah sumber kenikmatan.

Jamaah haji memanjatkan doa di Jabal Nur, Makkah, Senin (24/6/2024) menjelang Subuh. Jabal Nur menjadi tempat diturunkannya ayat pertama dalam Alquran. Ada lima ayat yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad melalui Malaikat Jibril. Lima ayat dalam surat Al Alaq itu turun di Gua Hira, yang terletak di puncak Jabal Nur.
Foto: Republika/Muhyiddin
Jamaah haji memanjatkan doa di Jabal Nur, Makkah, Senin (24/6/2024) menjelang Subuh. Jabal Nur menjadi tempat diturunkannya ayat pertama dalam Alquran. Ada lima ayat yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad melalui Malaikat Jibril. Lima ayat dalam surat Al Alaq itu turun di Gua Hira, yang terletak di puncak Jabal Nur.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Umat Islam di berbagai penjuru dunia, termasuk di Indonesia, kerap mengamalkan bacaan surah Al-Waqiah. Banyak Muslim yang percaya jika membaca surah tersebut akan mendatangkan rezeki. 

Banyak Muslim mendapatkan anjuran dari para ulama agar mengamalkan Al-Waqiah ketika menghadapi kesulitan ekonomi. Padahal Al-Waqiah memiliki arti hari kiamat. Mengapa Al-Waqiah yang memiliki arti hari kiamat bisa menjadi sangat masyhur sebagai amalan pembuka pintu rezeki?

Baca Juga

BACA JUGA: Inilah 12 Kaum yang Dibinasakan Allah

Guru Besar UIN Sunan Kalijaga bidang Ilmu Tafsir, Prof Sahiron Syamsuddin mengatakan Al-Waqiah memang diamalkan banyak orang. Salah satu harapannya agar diberikan rezeki yang lebih baik dari Allah. Hal tersebut berdasarkan beberapa riwayat hadis.

Diriwayatkan dalam biografi Abdullah ibn Mas'ud, seorang sahabat besar Nabi Muhammad Saw., bahwa ketika Abdullah sakit (yang karena beliau wafat), Utsman ibn Affan menjenguknya. Lalu terjadilah dialog antara dua sahabat tersebut.

Utsman: "Apa yang engkau keluhkan?"

Abdullah: "Dosa-dosaku."

Utsman : "Apa yang engkau harapkan?"

Abdullah: "Rahmat Tuhanku."

Utsman: "Perlukah saya memerintah (seseorang) untuk mengundang seorang dokter untukmu?"

Abdullah: "Dokter sudah mengobatiku."

Utsman: "Perlukah saya memerintah (seseorang) untuk memeberikan sesuatu untukmu?"

Abdullah: "Saya tidak memerlukannya."

Utsman: "Barangkali saja sesuatu itu bermanfaat bagi anak-anak perempuanmu setelah kamu nanti."

Apakah engkau mengkhawatirkan kemiskinan... Halaman selanjutnya...

 

sumber : Pusat Data Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement