REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Arab Saudi menangguhkan e-visa umroh B2C bagi warga Mesir, menyusul krisis gelombang panas haji yang mengakibatkan lebih dari 1.300 kematian.
B2C adalah visa elektronik yang memungkinkan jamaah memesan langsung melalui portal umroh online Kerajaan tanpa menggunakan agen perjalanan eksternal.
Dilansir di The New Arab, Rabu (26/6/2024), wisatawan yang menggunakan visa B2C terlebih dahulu harus melakukan perjalanan ke UEA atau Oman untuk masa transit enam jam, sebelum menuju ke Arab Saudi untuk menunaikan ibadah umroh.
Gelombang visa umroh yang baru muncul setelah setidaknya 1.301 jamaah meninggal karena panas ekstrem selama haji bulan ini. Banyak yang melakukan perjalanan dengan visa tidak resmi sehingga membuat mereka tidak memiliki akses yang memadai terhadap makanan, air, transportasi, atau akomodasi.
Kantor berita resmi Arab Saudi melaporkan lebih dari tiga perempat korban meninggal tidak memiliki izin haji sehingga memaksa mereka berjalan berjam-jam di bawah sinar matahari langsung dan tanpa bekal yang memadai. Sekitar 650 jamaah yang meninggal adalah orang Mesir.
Presiden Mesir Abdel Fattah Al-Sisi awal pekan ini menekankan bahwa penangguhan visa B2C hanyalah tindakan sementara. Warga Mesir masih bisa menunaikan umroh.
Namun, saat ini hanya bisa dilakukan melalui visa B2B standar yang memungkinkan masuk langsung ke Arab Saudi. Visa B2C juga telah ditangguhkan untuk Pakistan, menurut berbagai laporan.
Kematian warga Mesir selama ibadah haji mendorong Perdana Menteri Mesir Mostafa Madbouly mencabut izin 16 perusahaan pariwisata, merujuk manajer mereka ke jaksa karena memberikan izin kepada orang-orang untuk menunaikan ibadah haji melalui jalur ilegal dan tidak teratur.
Izin haji biasanya dialokasikan ke negara-negara yang menggunakan sistem kuota dan dibagikan kepada masyarakat melalui undian. Namun, prosesnya bisa memakan banyak biaya karena banyak yang harus melakukan perjalanan haji dengan visa tidak resmi atau tanpa izin.
Cuaca sangat panas...