Senin 10 Jun 2024 09:48 WIB

Kalau Ada Kebiasaan Buruk ini, Anda Harus Segera Perbaiki Diri

Kebiasaan buruk tanda tidak bahagia.

Berdoa/Ilustrasi
Foto: Republika/Wihdan
Berdoa/Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setiap orang pasti ingin bahagia. Mereka ingin merasakan hati tenang, dan selalu bersyukur. Namun ini tidak mudah. Harus ada pembiasaan yang ekstra.

Terlebih, jika tanda atau kebiasaan berikut ini muncul, maka Anda harus memperbanyak ibadah dan berdzikir agar kembali bahagia.

Baca Juga

Pertama, suka membicarakan orang lain

Dalam kehidupan sehari-hari, sering kali menemui orang yang tampak tidak bahagia, dan salah satu kecenderungan yang sering diidentifikasi adalah kebiasaan mereka untuk membicarakan orang lain atau gosip.

Gosip bisa menjadi bentuk ekspresi dari ketidakpuasan pribadi, rasa tidak aman, atau bahkan kebutuhan untuk merasa lebih baik tentang diri sendiri dengan membandingkan diri dengan orang lain. Perilaku tersebut bisa sampai pada ghibah, sehingga setiap orang yang melakukan ghibah akan mendapatkan dosa besar.

Padahal dalam hadis dijelaskan bahwa siapapun yang berusaha menutupi aib saudaranya maka ganjaran dari Allah adalah akan ditutup aibnya ketika di dunia dan akhirat.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

مَن نفَّسَ عن مُؤْمنٍ كُرْبَةً مِن كُرَبِ الدُّنيا؛ نفَّسَ اللهُ عَنه كُرْبَةً مِن كُرَبِ يَوْمِ القِيامَةِ، ومَن ستَرَ مُسْلمًا ستَرَه اللهُ في الدُّنيا والآخِرَةِ، ومَن يسَّرَ على مُعْسِرٍ يسَّرَ اللهُ عليه في الدُّنيا والآخِرَةِ، واللهُ في عَوْنِ العَبْدِ ما كان العَبْدُ في عَوْنِ أَخيه

 

Barangsiapa melepaskan kesusahan seorang muslim dari kesusahan dunia, Allah akan melepaskan kesusahannya pada hari kiamat. Barangsiapa menutupi aib seseorang, Allah akan menutupi aibnya di dunia dan akhirat. Barangsiapa memudahkan orang yang susah, Allah akan mudahkan urusannya di dunia dan akhirat. Allah akan senantiasa menolong hamba-Nya selama ia menolong saudaranya. (HR. Muslim no. 2699, At-Tirmidzi no. 2945, Ibnu Majah no. 225, Abu Dawud no. 1455, Ahmad no. 7427).

Kedua, merasa iri melihat kebahagiaan orang lain

Iri hati sering kali muncul dari kurangnya rasa penghargaan terhadap apa yang kita miliki sendiri. Ketika kita terlalu fokus pada apa yang dimiliki orang lain dan mengabaikan berkat dan prestasi kita sendiri, kita cenderung merasa tidak puas dan merasa bahwa kebahagiaan ada di tempat lain.

Selain itu, iri hati sering kali menciptakan lingkungan sosial yang tidak sehat dan penuh dengan persaingan yang tidak perlu. Ketika seseorang terobsesi dengan kesuksesan atau keberuntungan orang lain, itu bisa menghasilkan atmosfer yang kompetitif dan beracun di antara hubungan antarpribadi.

Kondisi seperti ini dapat mengakibatkan ketidakpercayaan, konflik, dan kesenjangan sosial yang merugikan bagi semua pihak yang terlibat.

Dalam hadis dijelaskan:

لاَ حَسَدَ إِلاَّ في اثْنَتَيْنِ : رَجُلٌ آتَاهُ اللهُ القُرْآنَ ، فَهُوَ يَقُومُ بِهِ آنَاء اللَّيْلِ وَآنَاءَ النَّهَارِ ، وَرَجُلٌ آتَاهُ اللهُ مَالاً ، فَهُوَ يُنْفِقُهُ آنَاءَ اللَّيْلِ وَآنَاءَ النَّهَارِ

Tidak boleh hasad kecuali pada dua perkara: seseorang yang diberikan kepandaian Alquran oleh Allah, lalu ia membaca dan mengamalkannya pada malam dan siang hari, dan seseorang yang diberi harta oleh Allah, lalu ia menginfakkannya pada malam dan siang hari. (HR. Bukhari dan Muslim).

Oleh karena itu, Islam hanya memperbolehkan iri pada hal-hal kebaikan. Begitupun dalam Alquran Allah ta’ala berfirman:

وَلَا تَتَمَنَّوْا مَا فَضَّلَ اللَّهُ بِهِ بَعْضَكُمْ عَلَى بَعْضٍ لِلرِّجَالِ نَصِيبٌ مِمَّا اكْتَسَبُوا وَلِلنِّسَاءِ نَصِيبٌ مِمَّا اكْتَسَبْنَ وَاسْأَلُوا اللَّهَ مِنْ فَضْلِهِ إِنَّ اللَّهَ كَانَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا

Janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (Karena) bagi orang laki-laki ada bahagian daripada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS. An-Nisa: 32).

 

KETIGA...Lihat halaman berikutnya >>>

 

 

sumber : Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement