Senin 03 Jun 2024 16:41 WIB

Prof Quraish Shihab Jelaskan Cara Islam Posisikan Lingkungan, Alam Raya Bagai Satu Tubuh

Quraish Shihab menjelaskan penafsiran ulama terkait alam semesta.

Rep: Fuji Eka Permana/ Red: Erdy Nasrul
Cendekiawan Islam Indonesia Quraish Shihab.
Foto:

Laut telah tercemar, sehingga ikan mati dan hasil laut berkurang. Daratan semakin panas sehingga terjadi kemarau panjang. Alhasil, keseimbangan lingkungan menjadi kacau. Inilah yang mengantar sementara ulama kontemporer memahami ayat ini sebagai isyarat tentang kerusakan lingkungan. Bahwa ayat di atas tidak menyebut udara, boleh jadi karena yang ditekankan di sini adalah apa yang tampak saja. Bisa jadi juga karena keduanya adalah tempat hunian manusia atau bisa juga karena penyebutan laut dan darat telah mencakup area udara, karena sebagaimana uraian sementara pakar menyangkut cakupan "ruang lingkup lingkungan hidup" adalah bahwa ia termasuk atmosfer bumi sampai sekitar 500 km dari permukaan bumi dengan berbagai macam lapisan yang berbeda-beda.

Semakin Banyak Kerusakan Lingkungan, Semakin Berdampak Terhadap Manusia

Muhammad Thaher Ibnu 'Asyur (1879- 1973 M), ulama besar asal Tunisia, mengemukakan beberapa penafsiran tentang ayat di atas, dari penafsiran yang sempit hingga yang luas. Makna terakhir yang dikemukakannya adalah bahwa alam raya telah diciptakan Allah dalam satu sistem yang sangat serasi dan sesuai dengan kehidupan manusia.

Tetapi manusia melakukan kegiatan buruk yang merusak, sehingga terjadi kepincangan dan ketidakseimbangan dalam sistem kerja alam. Ayat di atas mengisyaratkan bahwa kerusakan yang terjadi dapat berdampak lebih buruk. Tetapi rahmat Allah masih menyentuh manusia, karena Dia baru mencicipkan, bukan menimpakan kepada mereka. Di sisi lain, dampak tersebut baru akibat sebagian dosa mereka. Dosa yang lain boleh jadi diampuni Allah, dan boleh jadi juga ditangguhkan siksanya ke hari yang lain.

Dosa dan pelanggaran (fasad) yang dilakukan manusia, mengakibatkan gangguan keseimbangan di darat dan di laut. Lalu ketiadaan itu, mengakibatkan siksaan. Demikian pesan ayat di atas. Semakin banyak perusakan terhadap lingkungan, semakin besar pula dampak buruknya terhadap manusia. Semakin banyak dan beraneka ragam dosa manusia, semakin parah pula kerusakan lingkungan.

Hakikat ini merupakan kenyataan yang tidak dapat dimungkiri lebih-lebih dewasa ini. Memang Allah SWT menciptakan semua makhluk, saling berkaitan. Dalam keterkaitan itu, lahir keserasian dan keseimbangan dari yang terkecil hingga yang terbesar, dan semua tunduk dalam pengaturan Allah Yang Maha Besar. Jika terjadi gangguan pada keharmonisan dan keseimbangan itu, maka kerusakan terjadi, dan ini kecil atau besar, pasti berdampak pada seluruh bagian alam, termasuk manusia, baik yang merusak maupun yang merestui perusakan itu bahkan tidak mustahil yang tidak berdosa pun terdampak.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

وَاتَّقُوْا فِتْنَةً لَّا تُصِيْبَنَّ الَّذِيْنَ ظَلَمُوْا مِنْكُمْ خَاۤصَّةً ۚوَاعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ شَدِيْدُ الْعِقَابِ

Wattaqū fitnatal lā tuṣībannal-lażīna ẓalamū minkum khāṣṣah(tan), wa‘lamū annallāha syadīdul-‘iqāb(i).

Peliharalah dirimu dari siksaan yang tidak hanya menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. Ketahuilah bahwa Allah Maha Keras hukuman-Nya. (QS Al-Anfal Ayat 25)

Alam Semesta Bagai Satu Tubuh, Saling Berkaitan dan Mempengaruhi

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

وَلَوْ اَنَّ اَهْلَ الْقُرٰٓى اٰمَنُوْا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكٰتٍ مِّنَ السَّمَاۤءِ وَالْاَرْضِ وَلٰكِنْ كَذَّبُوْا فَاَخَذْنٰهُمْ بِمَا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ

Wa lau anna ahlal-qurā āmanū wattaqau lafataḥnā ‘alaihim barakātim minas-samā'i wal ardḍi wa lākin każżabū fa akhażnāhum bimā kānū yaksibūn(a).

Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami melimpahkan kepada mereka berkah berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan, maka Kami siksa mereka disebabkan apa yang mereka lakukan. (QS Al-A‘raf Ayat 96)

 

Lihat halaman berikutnya >>>

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement