Kamis 30 May 2024 07:15 WIB

3 Nabi dan Rasul yang Diutus Allah SWT Berdakwah di Mesir dan Keahlian Mereka

Alquran abadikan dakwah para nabi dan rasul di Mesir

Gunung Sinai, lokasi Nabi Musa menerima wahyu di Mesir.
Foto: EPA-EFE/KHALED ELFIQI
Gunung Sinai, lokasi Nabi Musa menerima wahyu di Mesir.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Dalam Alquran, Allah SWT mengutus sebanyak 25 nabi dan rasul. Dari 25 itu, ada tiga orang nabi yang diutus ke wilayah Mesir ini. Ketiga nabi dan rasul tersebut adalah Yusuf, Musa, dan Harun AS.  

Berikut ini, profil singkat para nabi dan rasul yang diutus Allah SWT berdakwah di Mesir dengan kelebihan yang mereka miliki: 

Baca Juga

1. Nabi Yusuf, ekonom cerdas

Nabi Yusuf AS adalah putra Nabi Ya’kub bin Ishaq bin Ibrahim AS bin Azar bin Nahor bin Serug bin Rehu bin Peleg bin Eber bin Selah bin Arpakhsad bin Sam bin Nuh. Hal itu dijelaskan Al-Maghluts.

Nabi Yusuf AS adalah saudara kandung Bunyamin dari istri Ya’qub yang bernama Rahel. Sebagaimana diketahui, Ya’kub memiliki 11 orang saudara yang berlainan ibu. Menurut riwayat, Yusuf diutus sekitar 1550 SM.

Yusuf terkenal dengan sifat ‘iffah (menjaga kesucian), amanah, hilm (tidak emosional), sabar, dan lapang dada. Namun, saudara-saudara seayah suka memusuhinya. Hal ini disebabkan sang ayah, Ya’qub AS, sangat menyayanginya sehingga menimbulkan kecemburuan dari saudara-saudaranya.

Yusuf dikaruniai oleh Allah SWT dengan wajah yang sangat tampan. Bahkan disebut-sebut, tak ada orang yang setampan Yusuf. Rasul SAW pernah bersabda bahwa sesungguhnya ketampanan Yusuf sangat luar biasa. Ia tampan luar dalam, yakni fisiknya bagus dan hatinya juga baik. Akibatnya, istri amir Mesir yang bernama Zulaikha tergoda padanya. 

Allah SWT memberikan sejumlah keistimewaan kepada Yusuf AS. Di antaranya, mampu menafsirkan mimpi dan memiliki sifat pemaaf. Bahkan, ketika berkuasa pun, ia tidak semena-mena dengan bawahannya.

Karena kecerdasan dan kemampuannya dalam menafsirkan mimpi sang raja, Nabi Yusuf diangkat oleh menjadi ekonom kerajaan Mesir. Pada masa kepemimpinannya, ia mengendalikan kondisi ekonomi Mesir sehingga Mesir selamat dari masa paceklik yang terjadi di berbagai wilayah.

Saat masa paceklik itu, Nabi Yusuf memerintah masyarakat Mesir agar benih gandum yang telah dipetik tetap dipertahankan di tangkainya untuk disimpan. Hal ini kemudian diteliti oleh Prof Dr Abdul Majid Balabid dari Univesitas Wajdah, Maroko. 

Dalam penelitiannya, Prof Abdul Majid menyimpulkan bahwa biji gandum yang dipetik dan masih berada di tangkainya tidak mengalami perubahan apa pun, baik isi, unsur kandungan, maupun kemampuannya untuk tumbuh, kecuali hanya sedikit kehilangan kandungan unsur air.

sumber : Harian Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement