Jumat 17 May 2024 12:55 WIB

Rusia dan Dunia Islam Dinilai Bisa Menjadi Kekuatan Dunia Baru

Kerjasama Federasi Rusia dan Dunia Islam akan menjadi kekuatan dunia baru.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Muhammad Hafil
Sekelompok pemuda Tajik melihat seorang fotografer ketika umat Islam berkumpul untuk berdoa di luar Masjid Katedral Moskow selama perayaan hari raya Idul Fitri, sebuah pesta yang dirayakan oleh umat Islam di seluruh dunia, di Moskow, Rusia, pada pagi hari yang berkabut pada hari Rabu, (10/4/2024).
Foto: AP Photo/Alexander Zemlianichenko
Sekelompok pemuda Tajik melihat seorang fotografer ketika umat Islam berkumpul untuk berdoa di luar Masjid Katedral Moskow selama perayaan hari raya Idul Fitri, sebuah pesta yang dirayakan oleh umat Islam di seluruh dunia, di Moskow, Rusia, pada pagi hari yang berkabut pada hari Rabu, (10/4/2024).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Kerjasama Federasi Rusia dan Dunia Islam akan menjadi kekuatan dunia baru yang kuat dan handal. Demikian disampaikan Din Syamsuddin pada Sidang Grup Visi Strategis Federasi Rusia-Dunia Islam di Kazan, Russia pada 16 Mei 2024. 

Din Syamsuddin menjadi anggota Grup Visi Strategis Federasi Rusia-Dunia Islam sejak 2007. Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah periode 2005-2010 dan 2010-2015 ini menjadi pembicara pada sidang yang dihadiri sekitar 100 tokoh dari beberapa negara Islam dan para tokoh Russia. Hadir juga yang mewakili Sekretaris Jenderal OKI, yang mewakili Presiden Vladimir Putin, dan Presiden Republik Tatarstan Rustam Minikhanov, yang sekaligus adalah Ketua Grup Visi Strategis Federasi Rusia-Dunia Islam, dan sejumlah mufti dari beberapa negara eks Uni Soviet.

Baca Juga

Dalam pidatonya, Din Syamsuddin membahas tema sidang "Russia-Dunia Islam: Tata Dunia Multipolar yang Adil dan Pembangunan yang Aman." Din Syamsuddin menjelaskan bahwa antara Russia-Dunia Islam terdapat hubungan sejarah panjang (Islam masuk ke Russia lebih dari 1.000 tahun lalu).

"Islam menjadi unsur kebudayaan dan peradaban Russia, dan pemeluk Islam yang signifikan di Rusia (ada sekitar 20 persen)," kata Din Syamsuddin melalui pesan tertulis yang diterima Republika, Jumat (17/5/2024).

Menurut Guru Besar Politik Islam Global FISIP UIN Jakarta ini, kerja sama antara keduanya yakni Russia dan Dunia Islam sangat penting bahkan mendesak akhir-akhir ini. Karena adanya pergeseran geopolitik, geoekonomi, dan geostrategis dunia dari kawasan Atlantik ke kawasan Pasifik. Pergeseran ini membawa tampilnya Tiongkok, sementara Amerika Serikat dan Barat mengalami kemunduran. 

"Kondisi global pasca Perang Dingin yang menciptakan dunia multipolar perlu bersifat adil. Maka kerja sama Russia-Dunia Islam merupakan solusi," ujar Din Syamsuddin.

Pada sisi lain, Din Syamsuddin juga menjelaskan faktor Islam menjadi perekat kerja sama. Selain faktor historis dan demografis Muslim yang signifikan di Rusia, faktor sosiologi rakyat Rusia yang bersimpati pada Islam (bukan Islamofobia) juga menjadi faktor penting. Ditambah faktor politik, yaitu sikap Presiden Vladimir Putin yang bersimpati kepada Islam dan umat Islam. 

"Ini yang tidak dimiliki Amerika Serikat dan negara-negara Barat. Bahkan di kawasan ini (Amerika) fobia terhadap Islam merajalela dan Islam atau umat Islam dianggap sebagai musuh. Tentang masalah Palestina, Amerika dan Barat menerapkan standar ganda yang merugikan rakyat Palestina," jelas Din Syamsuddin.

Kerja sama Russia-Dunia Islam khususnya dalam bidang ekonomi dan perdagangan sudah berjalan lama, dan karenanya Federasi Rusia menjadi pengamat (observer) OKI. Kerja sama ini, menurut usulan Din Syamsuddin, perlu ditingkatkan khususnya dalam bidang ilmu pengetahuan dan iptek, serta dalam bidang politik yakni masing-masing pihak mendukung kepentingan politik pihak lain. 

Russia cukup luas diketahui mendukung kemerdekaan rakyat Palestina, dan mengecam genosida atas rakyat Palestina di Gaza. Begitu pun, usulan Din Syamsuddin, agar negara-negara anggota OKI menolak gerakan NATO yang bergerak ke Timur hingga Ukraina yang mengancam keamanan Russia. Menurut Din Syamsuddin, hal ini sebenarnya menjadi kesepakatan dengan pembubaran Uni Soviet. 

"Namun Amerika Serikat dan NATO melanggar kesepakatan dengan dilakukannya Eastward Move atau pergerakan ke Timur yang dirasakan oleh Russia sebagai ancaman," kata Din Syamsuddin yang juga mantan Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat dan Ketua Dewan Pertimbangan MUI.

Dalam kunjungan ke Kazan, Tatarstan, kali ini Din Syamsuddin juga diundang memberi kuliah umum bagi mahasiswa Jurusan Hubungan Internasional di Kazan Federal University.

 

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement