Senin 06 May 2024 07:48 WIB

Sejarah Aljazirah yang Ditutup Paksa Israel

Israel menutup operasional Al Jazeera.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Muhammad Hafil
Seorang karyawan stasiun televisi Arab Al Jazeera berjalan melewati logo Al Jazeera di Doha, Qatar.
Foto: AP
Seorang karyawan stasiun televisi Arab Al Jazeera berjalan melewati logo Al Jazeera di Doha, Qatar.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengatakan pada Ahad kemarin bahwa pemerintahannya telah memutuskan untuk menutup saluran berita Al Jazeera atau Aljazirah

Al Jazeera adalah satu dari sedikit saluran berita yang masih memiliki biro operasional di Jalur Gaza yang sedang diserang dan dijajah Israel.

Baca Juga

Saluran berita Al Jazeera diluncurkan dari ibu kota Qatar, Doha, pada Jumat, 1 November 1996. Pada saat itu, Al Jazeera adalah saluran berita independen pertama di dunia Arab. 

Media di dunia Arab pada saat itu, dicirikan oleh narasi-narasi yang dikontrol negara yang mengabaikan hak khalayak untuk mengetahui dan hak untuk didengarkan.

Al Jazeera memelopori paradigma baru jurnalisme mendalam yang relevan dengan audiensnya, memberi mereka perspektif luas dan mendalam mengenai urusan regional dan internasional, menempatkan manusia secara langsung sebagai pusat agenda berita. 

Slogan pendiri saluran berita Al Jazeera adalah "Opini dan Opini Lain." Itu merangkum berbagai sudut pandang dalam sebuah berita, menginformasikan dan memberdayakan pemirsanya, memperjuangkan cerita mereka, sambil menjaga semangat integritas jurnalistik.

Al Jazeera memperkenalkan apa yang kemudian dikenal sebagai “Fenomena Al Jazeera.” Ini adalah titik balik dalam sejarah media Arab dan global yang menginspirasi akademisi dan peneliti untuk mempelajari dan menganalisis fenomena ini di tahun-tahun mendatang. 

Al Jazeera kini menjadi salah satu jaringan berita internasional dan berpengaruh di dunia.

Dilansir dari laman Al Jazeera pada Senin (6/5/2024), Al Jazeera menjelaskan bahwa jalan menuju kesuksesan bukannya tanpa tantangan. Jaringan dan para jurnalisnya berada dalam konflik, dan kadang-kadang harus membayar mahal karena berusaha menyampaikan kebenaran kepada publik.

Dalam menghadapi tekanan terhadap jaringan dan jurnalisnya, Al Jazeera melanjutkan misi jurnalistiknya dan mendapatkan pengakuan serta penghargaan internasional atas jurnalismenya yang mendalam dan tanpa kompromi.

Jaringan media Al Jazeera dengan kantor pusatnya di dunia Arab (di kota Doha) memiliki lebih dari 70 biro di seluruh dunia, dan memiliki lebih dari 3.000 karyawan di sekitar 95 negara. Al Jazeera memiliki jangkauan luas di seluruh dunia dan tersedia di lebih dari 150 negara dan wilayah di lebih dari 430 juta rumah. Demikian dijelaskan Al Jazeera pada laman Al Jazeera.

Al Jazeera adalah organisasi berita independen yang sebagian didanai oleh pemerintah Qatar.

Israel Merasa Terancam Oleh Berita Al Jazeera

Dilansir dari laman VOA News pada Senin (6/5/2024), dijelaskan bahwa Al Jazeera sejak dimulainya perang di Gaza pada tanggal 7 Oktober 2023, Al Jazeera terus-menerus menyiarkan laporan lapangan mengenai agresi Israel dan konsekuensinya.

Siaran Al Jazeera termasuk yang paling banyak ditonton di Timur Tengah di tengah kekecewaan publik yang meluas terhadap hasil liputan media Barat.

Bulan lalu, Netanyahu sebagai Perdana Menteri Israel yang menjajah Palestina menyebut Al Jazeera sebagai “saluran teroris” dan mengatakan akan “segera bertindak” untuk menghentikan aktivitasnya setelah undang-undang baru disahkan.

Pada saat itu, Al Jazeera menyebut usulan pelarangan tersebut sebagai “bagian dari serangkaian serangan sistematis Israel untuk membungkam Al Jazeera, termasuk pembunuhan terhadap Shireen Abu Akleh, salah satu jurnalis paling terkemuka di wilayah tersebut. Shireen Abu Akleh wafat karena peluru tentara Israel saat meliput serangan Israel di Tepi Barat pada Mei 2022.

Sejak dimulainya perang Israel dan Hamas, kantor Al Jazeera di wilayah Palestina di Gaza telah dibom dan dua korespondennya wafat.

Pada Januari 2024, Israel mengatakan seorang staf jurnalis Al Jazeera dan seorang pekerja lepas yang wafat dalam serangan udara di Gaza adalah “operasi teror.”

Bulan berikutnya, Israel menuduh jurnalis lain dari Al Jazeera yang terluka oleh serangan Israel sebagai "wakil komandan kompi" di Hamas.

Al Jazeera dengan keras membantah tuduhan Israel. Al Jazeera menuduh Israel secara sistematis menargetkan karyawan Al Jazeera di Jalur Gaza.

Kepala biro Al Jazeera di Gaza, Wael al-Dahdouh, terluka oleh serangan Israel pada Desember 2023. Serangan Israel juga membuat juru kamera Al Jazeera wafat. Istrinya, dua anak mereka dan seorang cucunya wafat dalam pemboman oleh Israel pada Oktober di kamp pengungsi Nuseirat di Gaza tengah.

Putra tertuanya adalah staf jurnalis Al Jazeera yang dibunuh pada Januari 2024 ketika serangan Israel menargetkan sebuah mobil di Rafah, Gaza, Palestina.

Sumber: 

https://www.aljazeera.com/about-us#:~:text=When%20Al%20Jazeera%20launched%20from,the%20right%20to%20be%20heard.

https://www.voanews.com/a/what-led-up-to-israel-shuttering-al-jazeera/7598870.html

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement