Selasa 16 Apr 2024 16:01 WIB

Momen Idul Fitri, Kiai Zainut Dukung Rekonsiliasi Nasional Pascapemilu

Hendaknya momen Idul Fitri bisa meleburkan seluruh perbedaan politik selama pemilu.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Ani Nursalikah
Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (Wantim MUI) KH Zainut Tauhid Saadi.
Foto: Republika/Agung Sasongko
Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (Wantim MUI) KH Zainut Tauhid Saadi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (Wantim MUI) KH Zainut Tauhid Sa'adi mengatakan alhamdulillah perayaan Idul Fitri berjalan dengan khusyuk, khidmat, dan meriah. Umat Islam memanfaat momen Idul Fitri untuk bersilaturahmi dengan kerabat, famili dan handaitaulan untuk saling bermaafan. Hal tersebut merupakan tradisi lebaran yang sangat mulia dan perlu dipertahankan karena bisa merekatkan tali persaudaraan.

"Majelis Ulama Indonesia (MUI) menghormati dan mendukung penuh setiap usaha untuk menjadikan momen Idul Fitri sebagai wasilah rekonsiliasi nasional, baik antar elemen masyarakat maupun antarelite politik tingkat nasional, pascapemilu yang sangat menguras energi dan melelahkan," kata Kiai Zainut kepada Republika, Selasa (16/4/2024)

Baca Juga

Kiai Zainut mengatakan, hendaknya momen Idul Fitri bisa meleburkan seluruh perbedaan aspirasi politik selama pemilu, baik pada tataran masyarakat maupun elitnya. Saatnya semua kembali bersatu untuk membangun Indonesia yang lebih maju.

"Saya pribadi mengapresiasi langkah bapak Prabowo Subianto yang terus melakukan komunikasi politik dengan berbagai pihak, utamanya dengan para pimpinan partai politik yang notabene berbeda koalisi dalam pemilu 2024. Ini artinya beliau mengembangan semangat kebersamaan dalam membangun Indonesia ke depan," ujar Kiai Zainut.

Kiai Zainut mengatakan, Prabowo mengikuti jejak Jokowi yang merangkul Prabowo, padahal Prabowo saat itu menjadi lawan politik Jokowi dalam kontestasi Pilpres 2019.

Kiai Zainut mengatakan, semangat kebersamaan dan gotong royong merupakan ciri khas bangsa Indonesia yang harus dijaga dengan baik sebagai warisan luhur bangsa. Khusus dalam kehidupan demokrasi, semangat gotong royong sejalan dengan falsafah kehidupan bangsa Indonesia yaitu Pancasila.

"Hendaknya setiap elit politik menunjukkan sikap negarawan. Lebih mengedepan kepentingan nasional dari pada kepentingan kelompok dan golongan. Perbedaan dalam pilihan politik merupakan sebuah keniscayaan di alam demokrasi. Namun tidak boleh mengoyak persatuan dan persaudaraan," ujar Kiai Zainut.

Kiai Zainut menilai rakyat Indonesia semakin matang dan dewasa dalam berdemokrasi, hal itu ditunjukkan dengan terselenggaranya pemilu 2024 dengan lancar, damai dan aman. Tidak menimbulkan konflik yang memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa.

"Kalau ada gugatan di Mahkamah Konstitusi (MK), saya kira hal itu sudah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan merupakan bagian dari proses demokrasi yang harus kita hormati dan junjung tinggi. Apapun hasil keputusan MK nanti, semua pihak harus menerima dengan legowo dan lapang dada," kata Kiai Zainut.

Kiai Zainut berharap dengan selesainya seluruh proses pemilu 2024, seluruh masyarakat kembali bersatu, tidak boleh terkotak-kotak, tidak membuat kelompok atau kubu-kubuan. Semua harus kembali rukun dan bergotong royong membangun bangsa.

"MUI mengimbau kepada para pimpinan parpol, tokoh masyarakat dan agama untuk terus memberikan edukasi dan keteladanan yang baik kepada masyarakat untuk merajut kembali nilai-nilai persatuan dan persaudaraan, agar bangsa Indonesia menjadi bangsa yang rukun, bersatu, adil, makmur dan berkemajuan," jelas Kiai Zainut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement