REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seorang jurnalis perempuan Amerika yang fokus pada isu keagamaan, Peggy Fletcher Stack, memiliki pengalaman yang cukup menarik ketika meliput isu agama. Kisahnya ia ceritakan kepada temannya di Indonesia yang juga merupakan Pendiri The International Association of Religion Journalists, Endy Bayuni.
"Beberapa waktu lalu saya mendapat email dari dia, mengucapkan selamat menunaikan ibadah puasa Ramadhan," ujar Endy dalam diskusi publik bertajuk 'Peran Jurnalisme Keagamaan dalam Mempromosikan Kebebasan Beragama dan Kerukunan Antaragama' di Jakarta, Senin (18/3/2024).
Endy, yang merupakan mantan pemimpin redaksi The Jakarta Post mengatakan, Stack telah menjadi penulis agama utama untuk The Salt Lake Tribune sejak 1991. The Salt Lake Tribune adalah sebuah surat kabar yang diterbitkan di Utah yang merupakan negara bagian Amerika Serikat.
Stack juga sempat memenangkan Hadiah Pulitzer 2017 untuk Pelaporan Lokal. Menurut Endy, Stack merupakan salah seorang wartawan yang patut menjadi contoh bagi para jurnalis agama. Karena, menurut dia, Stack harus memahami dulu agama yang diliputnya.
"Dia adalah wartawan agama. Dan tahun 2012, karena dia harus meliput mengenai agama Islam, yang minoritas sekitar tiga persen di Utah, dia bahkan ikut puasa, dia baca Alquran sampai khatam dan kemudian ikut sholat," ucap Endy.
Ketika menulis pengalamannya itu, menurut Endy, Stack juga mengaku mendapatkan pengalaman spiritual yang luar biasa. Sehingga, sampai sekarang pun Stack juga berpuasa setiap bulan Ramadhan.
"Dia mengalami pengalaman spiritual, sehingga setiap tahun sampai sekarang, dia setiap bulan Ramadhan berpuasa," kata Endy.
Dalam diskusi publik yang dihadiri para jurnalis dan mahasiswa itu, dia pun berpesan agar meneladani apa yang dilakukan Stack. Dengan demikian, seorang wartawan agama akan bisa membuat laporan secara mendalam.
"Ini mungkin contoh agak ekstrem. Tapi kalau mau jadi wartawan agama yang baik dalamilah mengenai agama yang akan Anda laporkan. Dengan demikian, Anda bisa mengerti, kemudian menulis yang bersinggungan dengan agama," kata Endy menjelaskan.
Karena mendalami agama Islam, menurut Endy, temannya itu pun bisa membuat laporan tentang Islam dengan baik. Tulisannya pun berbeda dengan wartawan-wartawan lainnya.
"Kalau kita baca tulisannya dia, beda sekali dengan rulisan wartawan lainnya. Jadi dia tidak ada menyebarkan kebencian," ujar Endy.
"Nah, harapan saya ini menjadi suatu model bagi semua wartawan agama untuk bisa mendalami mengenai agama yang berbeda," kata dia.