REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Yusha merupakan musisi Jepang yang gemar melantunkan nasyid dan menyanyikan ulang (cover) lagu-lagu Islami serta salawat dalam Bahasa Jepang. Kepada Antara di Tokyo, Rabu (13/3/2024), Yusha bercerita mengenai ketertarikannya pada Islam bermula saat dia melancong ke Maroko pada 2018 dan mendengar lantunan ayat suci Al Quran di dalam taksi.
“Saya sedang traveling selama satu tahun. Waktu itu, saya mendengar suara yang indah dari dalam taksi kemudian saya bertanya ke sopir suara apa itu. Dia menjawab itu adalah lantunan ayat Al Quran,” tuturnya.
Lantunan ayat-ayat Ilahi itulah merupakan awal mula Yusha memeluk agama Islam dalam perjalanannya di Maroko. “Dari situ saya tertarik untuk belajar Al Quran dan kemudian memeluk Islam,” katanya.
Yusha mengaku musik adalah hasratnya yang tak bisa dipisahkan. Karena itu, dalam perjalanannya, dia juga membawa gitar, bernyanyi di hotel, restoran bahkan di jalanan.
Sejak menjadi Muslim, dia mengaku tetap ingin berkiprah di dunia musik dengan mencoba mempelajari nada-nada Islami melalui nasyid dan salawat.
“Saya belajar nasyid Arab dan Indonesia. Kadang-kadang saya juga menggubah nasyid sendiri atau menerjemahkannya ke dalam Bahasa Jepang,” katanya.
Di Jepang, dia menyanyikan nasyid dari panggung ke panggung dan mengunggah beberapa video klip serta karyanya di saluran YouTube Yusha Channel.
Tak hanya bernyanyi, Yusha juga mengiringi lagunya dengan alat musik tradisional Jepang, seperti saat melantunkan Salawat Badar.
Lagu-lagu yang dinyanyikan ulang dalam Bahasa Jepang, di antaranya karya musisi Muslim asal Swedia Maher Zain seperti “Palestine Will Be Free”, musisi religi Indonesia Opick lewat lagunya “Ramadhan Tiba” yang diterjemahkan menjadi “Ramadhan Kita”.
“Saya juga sudah izin dengan Opick saat dia konser di Tokyo, untuk meng-cover lagu-lagunya dalam Bahasa Jepang. Alhamdulillah,” katanya.
Salah satu lagu ciptaanya yang bercerita tentang kisah mengenal Islam di Maroko adalah “Assalam Alykum”. Ia juga kerap membawakan lagu-lagu tersebut bersama Yumiko, istrinya yang merupakan warga negara Indonesia.
Musisi itu juga kerap berkolaborasi dengan imam masjid di Jepang untuk melantunkan nasyid. Selain bersolo karier, dia juga tergabung dalam grup nasyid Jepang yang dikenal dengan Al Ahibah .
Yusha menuturkan tujuan menyanyikan lagu-lagu dalam Bahasa Jepang agar lagu-lagu religi juga dapat dinikmati oleh warga Jepang selain sebagai jalan dakwah melalui hal yang dicintainya itu.
“Orang Jepang itu cenderung tidak suka dengan hal-hal yang berbau religi atau sesuatu yang religius. Tetapi, teman-teman lama saya yang bukan Muslim bisa menikmati lagu-lagu nasyid ini,” katanya.
Dia berharap dengan karyanya, orang-orang Jepang dapat mengenal Islam serta menjembatani hubungan warga Jepang dan Indonesia supaya semakin erat.
Selain berkarya lewat musik, dia juga tengah menempuh pendidikan S2 di Universitas Muhammadiyah Jakarta. “Insya Allah saya kembali ke Indonesia setelah Ramadan,” katanya.
Dia mengatakan akan tetap menjadikan musik menjadi jalan dakwahnya meskipun sebagian Muslim menganggap musik itu haram. “Sebelum memeluk Islam, pekerjaan saya adalah musisi. Musik bagi saya adalah proyek seumur hidup, bahkan saat saya menjadi muslim, itu tidak akan berubah. Ini adalah jalan saya, mengenalkan Islam lewat musik,” katanya.