Kamis 29 Feb 2024 21:55 WIB

Menggunjing Seolah Enak, Lantas Mengapa Islam Melarangnya?

Ghibah merupakan aktivitas yang dilarang Islam

Rep: Rahmat Fajar / Red: Nashih Nashrullah
Ilustrasi Bergunjing Ibarat Memakan Daging Saudara Sendiri. Ilustrasi ghibah
Foto: pxhere
Ilustrasi Bergunjing Ibarat Memakan Daging Saudara Sendiri. Ilustrasi ghibah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA—Menggunjing memang aktivitas yang seolah menyenangkan kala sedang berkumpul dengan teman-teman di kafe. 

Tema gunjingannya pun bermacam-macam mulai tentang kebaikan hingga keburukan. Tetapi aktivitas menggunjing sejatinya dilarang oleh agama karena berbahaya.

Baca Juga

Ahli hadits, As-Samarqandi dalam bukunya "200 Motivasi Nabi & Kisah Inspiratif Pembangun Jiwa" mengungkapkan tentang bahaya menggunjing. Dalam sebuah hadits, Anas bin Malik berkata, Rasulullah SAW bersabda, 

 لما عُرِجَ بي مَرَرْتُ بقوم لهم أظْفَارٌ من نُحَاسٍ يَخْمِشُونَ وُجُوهَهُمْ وَصُدُورَهُم فقلت: مَنْ هؤُلاءِ يا جِبْرِيل؟ قال: هؤلاء الذين يَأكُلُونَ لحُوم الناس، ويَقَعُون في أعْرَاضِهم

"Ketika aku dimikrajkan, aku melewati suatu kaum yang memiliki kuku dari tembaga sedang menggaruk-garuk wajah mereka. Aku bertanya, 'Siapakah mereka, wahai Jibril?' Ia menjawab, 'Mereka adalah orang-orang yang memakan daging sesama manusia dan menodai kehormatan mereka." (HR Ahmad dan Abu Dawud).

Dan As-Samarqandi mengatakan menggunjing dalam hati juga dilarang. Menurutnya menggunjing dalam hati termasuk ghibah.

Al-Junaid berkata, "Suatu hari aku duduk di masjid menunggu jenazah untuk disholatkan. Tiba-tiba aku melihat seorang fakir meminta-minta. Aku berkata dalam hati, 'Andai kata ia mau bekerja, niscaya ia lebih baik. Menjelang tidur, biasanya aku membaca wirid, doa dan menangis. Semua itu terlupakan. Aku tak bisa memejamkan mata. Aku duduk terpekur. Mataku dibayang-bayangi si fakir itu, seolah-olah ia digotong beberapa orang lalu dibentangkan di atas meja makan.

Mereka berkata kepadaku, 'Makanlah dagingnya, karena sesungguhnya engkau telah menggunjingkannya.' Aku tersadar, ku kutakan, 'Aku tidak menggunjingkanya, melainkan aku berkata dalam hati.' Dikatakan kepadaku, 'Engkau tidak suka dibeginikan. Pergilah kepadanya untuk meminta maaf.' Di pagi harinya aku bolak-balik hingga kemudian menjumpainya di suatu tempat. Kuucapkan salam kepadanya. Ia berkata, 'Apakah engkau akan mengulanginya, wahai Abu Qosim?' Kujawab 'Tidak'. Ia berkata, 'Semoga Allah mengampuni kita, dan mengampunimu, pulanglah."

Alquran juga mengingatkan tentang bahaya ghibah. Sebagaimana dalam Surat Al-Hujurat ayat 12:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اجْتَنِبُوْا كَثِيْرًا مِّنَ الظَّنِّۖ اِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ اِثْمٌ وَّلَا تَجَسَّسُوْا وَلَا يَغْتَبْ بَّعْضُكُمْ بَعْضًاۗ اَيُحِبُّ اَحَدُكُمْ اَنْ يَّأْكُلَ لَحْمَ اَخِيْهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوْهُۗ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ تَوَّابٌ رَّحِيْمٌ

Yā ayyuhal-lażīna āmanujtanibū kaṡīram minaẓ-ẓann(i), inna ba‘daẓ-ẓanni iṡmuw wa lā tajassasū wa lā yagtab ba‘ḍukum ba‘ḍā(n), ayuḥibbu aḥadukum ay ya'kula laḥma akhīhi maitan fa karihtumūh(u), wattaqullāh(a), innallāha tawwābur raḥīm(un).

Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah banyak prasangka! Sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa. Janganlah mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Bertakwalah kepada Allah! Sesungguhnya Allah Mahapenerima taubat lagi Mahapenyayang."

Baca juga: Prasasti Ini Ungkap Kebenaran Alquran tentang Bangsa Samud, Aad, dan Iram

Tafsir tahlili dalam Quran Kemenag menjelaskan ayat tersebut sebuah peringatan agar mukmin menjauhkan diri dari prasangka. Jika mendengarkan ucapan dari saudara mukmin maka harus mendapatkan tanggan baik agar tidak menimbulkan salah paham atau menyelewengkan sehingga memunculkan fitnah dan prasangka.  

photo
Bergunjing, ghibah (ilustrasi) - (republika)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement