Senin 29 Jan 2024 15:09 WIB

Di Harlah Ke-101 NU, Gus Yahya Tekankan Harus Berperan Nyata

Gus Yahya ingatkan pentingnya disiplin organisasi NU.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Nashih Nashrullah
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) saat membuka Konferensi Besar (Konbes) NU dan Halaqah Nasional Strategi Peradaban NU yang merupakan rangkaian dari Harlah ke-101 NU di Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak, Bantul, Senin (29/1/2024).
Foto: Republika/Silvy Dian Setiawan
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) saat membuka Konferensi Besar (Konbes) NU dan Halaqah Nasional Strategi Peradaban NU yang merupakan rangkaian dari Harlah ke-101 NU di Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak, Bantul, Senin (29/1/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) menyebut saat ini Indonesia dihadapi dengan tantangan dinamika pertarungan kepentingan.

Untuk itu, ditekankan agar seluruh warga NU bisa berperan nyata dalam memperkuat bangsa dan negara.

Baca Juga

Gus Yahya menyebut bahwa NU harus berperan nyata di tengah dinamika pertarungan kepentingan yang terus bergulir antara berbagai kelompok yang berbeda. Baik itu di tingkat domestik, maupun global.

Ditekankan Gus Yahya, saat ini Indonesia secara domestik ada pertarungan antara kepentingan-kepentingan kelompok yang berbeda. Hal ini tentunya ada tuntutan yang luar biasa penting dan berat untuk ditangguhkan sebagai kepentingan bangsa dan negara.

"Karena ada tantangan-tantangan yang harus diatasi bersama dan waktu yang tersedia untuk kita semua tidak banyak," kata Gus Yahya saat membuka Konferensi Besar (Konbes) NU dan Halaqah Nasional Strategi Peradaban NU yang merupakan rangkaian dari Harlah ke-101 NU di Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak, Bantul, Senin (29/1/2024).

Di tingkat global, katanya, juga ada dinamika luar biasa yang terjadi. Jika bangsa Indonesia tidak dapat menemukan satu arah yang tepat ke masa depan, ia menilai akan ada ancaman nyata dan serius terhadap kedaulatan bangsa itu sendiri.

Dalam keadaan ini, dikatakan Gus Yahya bahwa tidak ada jalan lain selain memperkuat bangsa dan negara  sebagai kubu dalam menjaga kedaulatan bersama. Untuk itu, tegasnya, bangsa dan negara ini harus kuat dengan harus meneguhkan kebersamaan warga bangsanya untuk menjaga agar tidak dilemahkan oleh apapun, tetapi justru makin dikuatkan.

"Dan kita juga harus meyakinkan dunia bahwa dunia membutuhkan Indonesia yang kuat, karena Indonesia memiliki banyak hal yang dibutuhkan oleh dunia untuk menemukan jalan keluar dari berbagai masalahnya. NU dalam dua arena ini (domestik dan global) harus mampu berperan dengan nyata," jelas Gus YAHYA.  

Oleh karena itu, Gus Yahya mengingatkan kepada segenap pengurus, khususnya tanfidziyah untuk senantiasa memperhatikan disiplin organisasi dengan mengikuti secara tegas, secara teguh 'sam'an wa tha'atan' (dengar dan patuh) kepada keputusan kepemimpinan.

Sebab, kata dia, kepemimpinan organisasi merupakan hakim yang berperan menyelesaikan perbedaan apapun.

"Maka NU ini didirikan sebagai satu fungsi hakim yang bisa mempersatukan perbedaan apapun yang terjadi di kalangan umat ini dalam kerangka 'ahlussunnah wal jamaah'," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement