Jumat 19 Jan 2024 15:36 WIB

AS: Tak Ada Pendudukan Ulang di Gaza

Israel tetap bertekad untuk merebut Khan Younis.

Rep: Lintar Satria/ Red: Setyanavidita livicansera
Pasukan Israel berjalan di Jalur Gaza dilihat dari Israel selatan, (21/12/2023).
Foto: AP Photo/Ohad Zwigenberg
Pasukan Israel berjalan di Jalur Gaza dilihat dari Israel selatan, (21/12/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan total korban jiwa serangan Israel hingga Kamis (18/1/2024) ini telah menjadi 24.620 orang, kemungkinan masih banyak orang yang terjebak atau terkubur di bawah reruntuhan bangunan yang hancur. Lebih dari 170 orang tewas dalam 24 jam terakhir. Israel pun mengklaim telah membunuh 9.000 pejuang Hamas.

Amerika Serikat (AS) kembali mengungkapkan keprihatinan atas terlalu banyaknya warga sipil yang tewas di Gaza. Washington juga berjanji akan terus berkomitmen pada solusi dua negara.

Baca Juga

"Akan ada pascakonflik Gaza, tidak ada pendudukan ulang di Gaza," kata penasihat keamanan nasional Gedung Putih John Kirby pada wartawan di pesawat kepresidenan Air Force One, Kamis (18/1/2024).

Sementara dalam konferensi pers terpisah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menegaskan kembali Gaza harus di demiliterisasi dan dikelola pemerintah sipil yang tidak ingin menghancurkan Israel. Tel Aviv mengatakan, mereka ingin menurunkan skala serangan darat dan beralih ke taktik skala yang lebih kecil.

Namun tampaknya Israel tetap bertekad untuk merebut Khan Younis yang mereka tuduh sebagai pusat operasi Hamas. Di Gaza tengah militer Israel mengatakan mereka menghancurkan fasilitas yang mereka klaim "jantung industri manufaktur senjata Hamas." Klaim tersebut belum dapat diverifikasi.

Dua pertiga rumah sakit Gaza sudah berhenti berfungsi dan Rumah Sakit Nasser di Khan Younis merupakan rumah sakit terbesar di Gaza yang masih beroperasi. Kemampuannya mengobati korban luka terancam oleh operasi militer Israel di sekitar rumah sakit.

Dalam pernyataannya Hamas membantah pernyataan mantan sandera Sharon Aloni di CNN yang mengatakan ia dan sandera lainnya di tawan di ruang-ruang rumah sakit Nasser. "Kami mempertimbangkan ini disesuaikan dengan kebohongan Israel dan sentimen lama dan baru terhadap rumah sakit untuk membenarkan operasi untuk menghancurkannya," kata Hamas dalam pernyataannya Kamis kemarin.

Pada November 2023, Israel menyerbu Rumah Sakit Al-Shifa di utara Gaza dan menunjukkan apa yang mereka klaim sebagai senjata dan peralatan militer Hamas. Kepala lembaga kemanusiaan Medecins Sans Frontieres di Palestina Leo Cans mengatakan perang semakin 'dekat'. "Korban luka yang kami rawat, yang sebagian diantaranya kehilangan kaki, lengan mereka, ada luka yang sangat rumit yang membutuhkan operasi, dan saat ini kami tidak mampu melakukannya," kata Cans. 

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement