Ahad 31 Dec 2023 10:52 WIB

Lestarikan Budaya, Jepang Ciptakan Sajadah Tatami untuk Umat Muslim

Sajadah tatami memberikan pengalaman beribadah yang unik di Jepang.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Ani Nursalikah
Direktur Pusat Dakwah Jepang Zulkarnain Bin Hasan Basri sholat dengan sajadah tatami atau tikar inori di Jepang.
Foto:

REPUBLIKA.CO.ID, KYOTO -- Sebuah perusahaan di Kyoto mengembangkan sajadah tatami untuk umat Islam seiring memudarnya budaya lantai tradisional Jepang. Jepang tak ingin budaya mereka tergerus oleh budaya barat.

Dilansir di The Mainichi, Ahad (31/12/2023), sebuah perusahaan perdagangan tikar tatami yang berbasis di Kyoto telah meluncurkan produk yang dirancang untuk digunakan dalam sholat sehari-hari bagi umat Islam. Pengembangan produk sajadah tatami ini dilakukan bahkan ketika masyarakat Jepang sudah beralih dari gaya lantai tradisional.

Baca Juga

Pada akhir Oktober, tepat setelah pukul 15.00 waktu Jepang, enam pria Malaysia berkumpul di mushola Pusat Dakwah Jepang yang menjadi sebuah fasilitas bagi umat Islam untuk berinteraksi satu sama lain di Sumiyoshi, Osaka. Mereka berbaris serempak dalam shaf sholat menghadap ke arah kota suci umat Islam, Makkah, guna bersimpuh sambil berdoa. Adapun lantai mushola tempat mereka bersimpuh dilapisi tikar tatami yang tidak biasa, bukan tikar kain yang umum dipakai umat Islam.

Adalah Kambe Co., sebuah perusahaan yang memiliki sejarah 106 tahun dalam mengembangkan matras mulai memproduksi sajadah tatami ini. Yusuke Hori (38 tahun), merupakan perwakilan penjualan untuk perusahaan yang berbasis di Daerah Minami Kyoto. Dia mengatakan konsep produk itu adalah memberikan pengalaman beribadah yang unik di Jepang.

Sajadah tatami yang diberi nama "inori" ini juga telah dipilih untuk digunakan sebagai perlengkapan di ruang sholat pada Pameran Dunia 2025 di Osaka. Kekhawatiran terhadap kemunduran budaya tatami. Menurut rangkuman Kementerian Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan, pasokan tikar tatami dalam negeri, termasuk impor, masih berjumlah sekitar 30 juta lembar hingga sekitar tahun 2005. Namun, angka tersebut terus menurun hingga merosot menjadi 8,16 juta lembar pada 2022.

Dari jumlah tersebut, sekitar 20 persen...

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement