Ahad 24 Dec 2023 12:07 WIB

Jelang Natal, Umat Muslim dan Kristen di Gaza Sama-Sama tak Punya Tempat Aman

Perayaan Natal di Palestina dibatalkan.

Rep: Muhyiddin/ Red: Ani Nursalikah
Orang-orang berdiri di dekat reruntuhan Gereja Ortodoks Yunani Saint Porphyrius setelah serangan udara semalam di Gaza, (20/10/ 2023).
Foto:

Perayaan Natal Dibatalkan

Komunitas Kristen di wilayah Palestina beberapa hari lalu mengumumkan pembatalan perayaan Natal, termasuk penyalaan pohon Natal akibat perang di Gaza. Langkah ini sebagai pesan solidaritas dari para pemimpin gereja Kristen.

Para pemimpin gereja Kristen, termasuk Uskup Agung Patriarkat Ortodoks Yunani di Yerusalem Uskup Atallah Hanna memutuskan membatalkan perayaan Natal, termasuk festival, perayaan dan dekorasi serta penerangan pohon Natal. Namun, umat Kristen diimbau tetap menjaga dimensi keagamaan dari hari raya tersebut.

Hanna mengatakan tidak ada seorang pun yang berwenang membatalkan Natal karena itu adalah hari libur yang sangat penting dalam Gereja Kristen, baik menurut kalender Barat pada 25 Desember maupun menurut kalender Timur pada 7 Januari.

Resolusi tersebut bertujuan menyampaikan pesan solidaritas yang kuat kepada semua gereja Kristen di dunia. Selain itu, menyerukan doa bagi Palestina mengingat keadaan sulit yang sedang mereka alami.

Meskipun pohon Natal tidak akan dinyalakan di Yerusalem dan Betlehem, ada inisiatif di beberapa gereja untuk menyalakan pohon Natal dengan warna bendera Palestina atau dengan tema “Keadilan dan Perdamaian.”

Berdasarkan survei yang dilakukan pada 2014 oleh Asosiasi Pemuda Kristen (YMCA), umat ​​Kristen mewakili sebagian kecil populasi di Gaza. Setidaknya ada sekitar 1.000 orang tinggal di wilayah pesisir yang terkepung. Sebagian besar dari mereka adalah Ortodoks Yunani, sementara persentase yang jauh lebih kecil adalah Katolik Roma, Baptis, dan denominasi Protestan lainnya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement