Rabu 20 Dec 2023 23:00 WIB

Ketum PBNU akan Luruskan Makna Moderasi Beragama untuk Selesaikan Konflik Dunia

Makna moderasi beragama dijelaskan Ketum PBNU.

Rep: Muhyiddin/ Red: Muhammad Hafil
Balitbang Diklat Kementerian Agama bekerjasama dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menggelar Konferensi Moderasi Beragama Asia-Afrika dan Amerika Latin (KMBAAA) di Gedung Merdeka, Bandung, Rabu (20/12/2023).
Foto: Republika/Muhyiddin
Balitbang Diklat Kementerian Agama bekerjasama dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menggelar Konferensi Moderasi Beragama Asia-Afrika dan Amerika Latin (KMBAAA) di Gedung Merdeka, Bandung, Rabu (20/12/2023).

REPUBLIKA.CO.ID,BANDUNG -- Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Yahya Cholil Staquf akan meluruskan makna Moderasi Beragama kepada delegasi negara yang mengikuti Konferensi Moderasi Beragama Asia-Afrika dan Amerika Latin (KMBAAA) pada 20-22 Desember 2023. Hal itu dilakukan untuk meyakinkan mereka bahwa agama benar-benar bisa menjadi solusi bagi konflik yang terjadi di berbagai belahan dunia saat ini. 

"Pertama-tama kita luruskan dulu apa makna moderasi beragama itu. Bahwa makna moderasi beragama itu adalah kesediaan agama-agama untuk ikut memegang prinsip-prinsip Piagam PBB," ujar Gus Yahya saat menghadiri pembukaan acara KMBAAA yang digelar Kemenag dan PBNU di Gedung Merdeka, Bandung, Rabu (20/12/2023).

Baca Juga

Sebelum ada Piagam PBB, lanjut Gus Yahya, para pemeluk agama itu saling bertarung dan saling membunuh satu sama lain. Jika hal itu tidak mau terulang kembali, kata dia, maka semua pihak harus meneguhkan kembali prinsip-prinsip Piagam PBB. 

"Sekarang kalau mau selamat bareng-bareng mari kita kembali pada prinsip-prinsip piagam PBB itu, moderasi beragama. Dan kalau kita mau dengan kesepakatan itu, maka selanjutnya tinggal agama mengoperasikan berbagai macam ajaran yang memang sangat dibutuhkan oleh umat manusia," ucap Gus Yahya. 

Dia mengatakan, Piagam PBB sendiri sebenarnya sudah ideal. Menurut dia, Piagam PBB adalah sebuah konsensus yang memulai tatanan damai selama ini. "Bahwa sekarang masih ada banyak masalah, itu karena aktor-aktor global tidak mampu konsisten di dalam memegang prinsip-prinsip piagam PBB," kata Gus Yahya. 

"Kita mau bicara soal perang Ukraina, perang Palestina, perang di mana-mana, mari kembali kepada prinsip-prinsip piagam PBB itu," jelas dia. 

Jika konsensus internasional Piagam PBB itu ditinggalkan, tambah dia, maka umat manusia akan kembali ke modus yang lama, yakni saling menjajah lagi. 

"Kita saja ini dijajah berapa lama, dan setelah kita berjuang dengan berdarah-darah kemudian ada konsensus internasional untuk berhenti. Tidak boleh lagi ada penjajahan, " kata Gus Yahya. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement