Sabtu 02 Dec 2023 01:00 WIB

Cerita Wapres Tanggapi Pernyataan Presiden Slovakia Maupun PM Yunani Soal Hamas Teroris

Wapres ingatkan bahwa Palestina telah sejak lama dijajah oleh Israel

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Wakil Presiden KH Maruf Amin saat bertemu dengan Presiden Slovakia Zuzana Caputova di Istana Presiden Slovakia di Bratislava, Senin (27/11/2023).
Foto: Republika/ Fauziah Mursid
Wakil Presiden KH Maruf Amin saat bertemu dengan Presiden Slovakia Zuzana Caputova di Istana Presiden Slovakia di Bratislava, Senin (27/11/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden KH Ma'ruf Amin bercerita tentang hasil kunjungannya bertemu pemimpin negara Yunani dan Slovakia dalam misi mendorong perdamaian global, salah satunya konflik di Gaza, Palestina. Saat berdiskusi dengan Presiden Slovakia, Zuzana Čaputová maupun Perdana Menteri Yunani Kyriakos Mitsotakis secara terpisah, kata Wapres, kedua pemimpin negara itu menyatakan Hamas adalah teroris.

"Mereka mengatakan Hamas itu teroris. Saya bilang bahwa mereka tidak tahu bahwa orang Palestina sudah lama dijajah oleh Israel," ujar Kiai Ma'ruf saat bercerita kepada peserta Musyawarah Kerja Nasional III Majelis Ulama Indonesia di Hotel Mercure, Ancol, Jakarta, Jumat (1/12/2023).

Karena itu, kata Kiai Ma'ruf, banyak orang menyebut Palestina sebagai penjara terbesar di dunia itu. Karenanya, dia menilai langkah yang dilakukan Hamas sebagai upaya melawan dari penjajahan Israel tersebut.

"Kalau mereka melawan itu sebenarnya pembebasan, bukan pemberontakan, dalam arti dia menteror, tapi bagaimana dia melepaskan diri dari kekejaman selama berpuluh tahun itu," ujar Kiai Ma'ruf.

Karena itu, Indonesia terus mendorong dihentikannya pertempuran dan terwujudkan perdamaian di Israel dan Palestina. Baik PM Yunani maupun Presiden Slovakia  pun setuju dengan hal itu.

Sebab, langkah pembelaan diri yang diklaim Israel, kata Wapres, sudah berlebihan. Untuk itu, kedua negara ini pun mendukung gencatan senjata permanen di Gaza.

"Pada dasarnya semua setuju bahwa memang Israel sudah kebablasan sudah membunuh orang. Sudah kelewatan, dan mereka mengakui itu dan setuju dihentikan itu," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement