REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Seringkali, tantangan muncul, menghalangi muslim mencapai impian besar dan visi besar yang ingin diwujudkan. Seseorang dapat terjebak, melambat dalam perjalanan untuk memenuhi potensi diri dan menjalani hidup.
Dilansir dari laman About Islam pada Jumat (27/10/2023), Tantangan untuk mencapai impian kita sering kali datang dalam bentuk kerugian. Dalam Alquran, Allah Ta'ala memberi tahu umatnya:
وَالْعَصْرِۙ اِنَّ الْاِنْسَانَ لَفِيْ خُسْرٍۙ. اِلَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ ەۙ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ "Demi masa, sungguh, manusia berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran." (QS Al-Asr 1-3). Selain itu juga Alllah Ta'ala berfiman:
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوْعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْاَمْوَالِ وَالْاَنْفُسِ وَالثَّمَرٰتِۗ وَوَبَشِّرِ الصّٰبِرِيْنَ
"Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar." (QS al-Baqarah ayat 155)
Ayat-ayat ini menjelaskan bahwa manusia secara alamiah akan mengalami semacam kehilangan sepanjang hidupnya. Ada yang kehilangan kesehatan, ada yang kehilangan kekayaan, ada yang kehilangan orang-orang tercinta, ada pula yang kehilangan barang-barang yang dicintai serta yang lainnya.
Bisa dibilang, jika tidak dikelola dengan baik, maka kerugian tersebut bisa menjadi kerugian yang lebih besar. Manusia bisa kehilangan hubungan yang kuat dengan Allah SWT, kebahagiaan di akhirat, serta kedamaian dan kepuasan di dunia.
Sejatinya, kerugian memang tidak bisa dihindari. Jadi pertanyaannya adalah, bagaimana kita bisa mengatasi kerugian yang tidak bisa dihindari ini?
Bagaimana kita dapat melanjutkan hidup untuk memenuhi tujuan akhir kita dan menjaga hubungan yang kuat dengan Allah SWT?
Yang paling mendasar adalah ada baiknya untuk mengingat bahwa kehilangan adalah bagian alami dari kehidupan. Semuanya bersifat sementara, dan akan berlalu.
Manusia bisa merasakan kesedihan dan kesakitan yang luar biasa, namun kita juga bisa merasakan kegembiraan dan kelegaan yang luar biasa. Allah Ta'ala memberitahu kita sekali lagi dalam Surat Al-Najm bahwa:
وَاَنَّ اِلٰى رَبِّكَ الۡمُنۡتَهٰىۙ وَاَنَّهٗ هُوَ اَضۡحَكَ وَاَبۡكٰى وَاَنَّهٗ هُوَ اَمَاتَ وَ اَحۡيَا "Dan sesungguhnya kepada Tuhanmulah kesudahannya (segala sesuatu), dan sesungguhnya Dialah yang menjadikan orang tertawa dan menangis, dan sesungguhnya Dialah yang mematikan dan menghidupkan." (QS An-Najm ayat 42-44).
Baca juga: Daftar Produk-Produk Israel yang Diserukan untuk Diboikot, Cek Listnya Berikut Ini
Adanya kesehatan, kekayaan, dan orang-orang yang kita kasihi semuanya adalah berkah dan anugerah. Mereka milik Allah SWT dan Dia meminjamkannya kepada kita untuk beberapa waktu. Manusia hanya cenderung melupakan karunia-karunia itu.
Orang-orang akhirnya terikat pada anugerah itu dan bukan pada Dia yang memberkati manusia dengan anugerah itu, bahkan ketika Dia, dalam rahmat-Nya yang tak terhingga, memilih untuk mengambil anugerah tersebut.
Seperti diketahui, bahwa bagi orang mukmin, diuji atau diberkati adalah kesempatan untuk bersabar dan bersyukur. Nabi Muhammad ﷺ pernah bersabda:
عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْههُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ
“Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin. Seluruhnya urusannya itu baik. Ini tidaklah didapati kecuali pada seorang mukmin. Jika mendapatkan kesenangan, maka ia bersyukur. Itu baik baginya. Jika mendapatkan kesusahan, maka ia bersabar. Itu pun baik baginya.” (HR Muslim)