Jumat 27 Oct 2023 14:16 WIB

Tangis Remaja Gaza Melihat Jasad Satu Keluarganya: Aku berharap, Aku bermimpi

Israel terus lakukan serangan intensif di Jalur Gaza

Rep: Amri Amrullah / Red: Nashih Nashrullah
Warga Palestina memeriksa puing-puing bangunan yang hancur akibat serangan udara Israel di kota Khan Younis, Jalur Gaza selatan, Kamis,  (26/10/2023).
Foto: AP /Mohammed Dahman
Warga Palestina memeriksa puing-puing bangunan yang hancur akibat serangan udara Israel di kota Khan Younis, Jalur Gaza selatan, Kamis, (26/10/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA – Jelang tiga pekan balasan penyerangan Israel ke wilayah Gaza sejak 8 Oktober lalu, serangan rudal ke wilayah Gaza semakin mengganas. Pada Kamis (26/10/2023), serangan udara Israel kembali meluluhlantakkan bangunan rumah di Gaza.  

Seorang remaja yang mendapati jasad ayah dan ibunya diantara puing bangunan yang hancur berteriak-teriak memanggil kedua orang tuanya. 

Baca Juga

"Aku berharap, aku bermimpi.. Ya Allah, Ibuku dan Bapakku..Ya Allah." Remaja tersebut tak henti-hentinya berteriak agar jasad ayah dan ibunya dikeluarkan dari puing bangunan. 

Warga Gaza yang ikut mencari sanak keluarga mereka diantara puing bangunan yang hancur lantak tersebut, meminta si anak untuk bersabar, dan menguatkan mental dirinya. "Tenanglah...berdoa. Tiada Tuhan Selain Allah," kata pria yang membantunya, dilansir Aljazirah, Jumaat (27/10/2023).  

Rumahnya hancur dibom israel. "Aku berharap aku mimpi," tangis remaja palestina melihat ayah dan ibunya meninggal di reruntuhan.  

Jelang pekan ketiga serangan Israel di Gaza, sedikitnya 7.028 warga Palestina telah meninggal dunia. Utusan Palestina mendesak PBB untuk menghentikan kebrutalan Israel, yang menjadi-jadi ini. 

Baca juga: Daftar Produk-Produk Israel yang Diserukan untuk Diboikot, Cek Listnya Berikut Ini

Sementara itu, Kepala kemanusiaan PBB mengatakan, 'dunia internasional telah gagal' mencegah bencana kemanusiaan di Gaza. "Dunia gagal memenuhi hak-hak dasar sebagian umat manusia," tulis Martin Griffiths di media sosial. 

Dia mencatat bahwa 20 hari setelah pemboman Israel ke Gaza, serangan-serangan tersebut "semakin memburuk, bahkan di daerah-daerah yang seharusnya lebih aman". "Bantuan nyaris tidak mengalir masuk, terlepas dari upaya terbaik kami," ujar Griffiths.

Dia menekankan bahwa warga sipil harus dilindungi dan mendapatkan apa yang mereka butuhkan untuk bertahan hidup, sementara bantuan yang sangat dibutuhkan harus diizinkan untuk menjangkau mereka yang membutuhkan. 

Baca juga: Alquran Bolehkan Nepotisme dari Kisah Nabi Musa Tunjuk Nabi Harun Asisten? Ini Kata Pakar

Juru bicara Matthew Miller mengatakan kepada para wartawan bahwa Washington tidak "mempercayai Hamas".

"Saat ini, kami tidak memiliki cara untuk membuat penilaian yang akurat mengenai jumlah warga sipil yang tewas di Gaza," kata Miller. "Tapi, kami memiliki keraguan tentang semua yang dikatakan Hamas."

Pakar hak asasi manusia mengatakan kepada Aljazirah bahwa angka-angka dari Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza dapat diandalkan.

 "Human Rights Watch telah bekerja di wilayah Palestina yang diduduki selama tiga dekade. Kami telah meliput berbagai eskalasi dan permusuhan, dan kami selalu menemukan bahwa angka-angka dari kementerian kesehatan secara umum dapat diandalkan," kata Omar Shakir, direktur Israel dan Palestina. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement