Rabu 25 Oct 2023 17:54 WIB

Jepang Sumbang Rp 111 Miliar untuk Palestina

Serangan udara Israel menghancurkan hampir semua bangunan di Gaza.

Rep: Mabruroh/ Red: Ani Nursalikah
Ratusan massa menggelar aksi demonstrasi menuntut gencatan senjata sebagai reaksi terhadap serangan militer yang terus menerus terhadap warga sipil Gaza, di pusat kota Atlanta, Georgia, AS, Rabu (25/1
Foto: EPA-EFE/Erik S. Lesser
Ratusan massa menggelar aksi demonstrasi menuntut gencatan senjata sebagai reaksi terhadap serangan militer yang terus menerus terhadap warga sipil Gaza, di pusat kota Atlanta, Georgia, AS, Rabu (25/1

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Jepang telah mengalokasikan tujuh juta dolar AS (Rp 111 miliar) untuk UNRWA, badan PBB untuk pengungsi Palestina, Selasa (24/10/2023), di tengah pengeboman dan pengepungan Gaza yang berkelanjutan oleh Israel.

Kontribusi tersebut akan membantu UNRWA untuk melanjutkan layanan daruratnya, seperti menyediakan makanan dan air minum, kepada 85 ribu pengungsi internal yang telah menemukan tempat berlindung di fasilitas badan tersebut di seluruh kota.

Baca Juga

Jumlah pengungsi di Gaza diperkirakan 1,2 juta, termasuk sekitar 600 ribu tempat berlindung di 150 fasilitas UNRWA yang semuanya menghadapi kondisi yang semakin mengerikan. Tempat penampungan penuh sesak, dengan persediaan makanan, air minum, dan kebutuhan lainnya yang langka.

“Tahun ini, kami memperingati 70 tahun kemitraan antara Jepang dan UNRWA. Kemitraan jangka panjang Jepang adalah bukti keinginannya untuk meringankan penderitaan mereka yang terkena dampak di seluruh dunia, termasuk pengungsi Palestina," kata Duta Besar Jepang untuk Urusan Palestina Nakashima Yoichi, dilansir dari Arab News, Rabu (25/10/2023).

 

"Kami berharap bantuan ini akan berkontribusi mengurangi keparahan situasi saat ini dan penderitaan orang-orang di Gaza dengan memenuhi kebutuhan dasar mereka," katanya.

 

Menurut seorang warga negara Jepang yang bekerja untuk Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina di Timur Dekat telah menggambarkan Gaza sebagai neraka yang nyata dan hidup, saat Israel melanjutkan pengeboman dan blokade bantuan di daerah tersebut.

 

Moe Mashiko (38 tahun) bekerja untuk mendukung proyek manajemen penampungan PBB dan saat ini sedang hamil 19 minggu. Dia belum bisa meninggalkan daerah itu karena konflik.

"Serangan udara berlanjut siang dan malam, kami tidak dapat tidur di malam hari dan persediaan air, listrik, dan makanan kami menjadi semakin langka setiap hari," jelasnya.

Menurut Mashiko, bahkan anggota staf PBB bertahan hidup dengan jatah makanan darurat selama beberapa hari terakhir. "Sejak perang dimulai, saya telah menghabiskan enam hari di ruang bawah tanah fasilitas UNRWA di Gaza. Namun, sejak 13 Oktober saya dievakuasi ke fasilitas lain di bagian selatan Gaza," katanya dalam rekaman yang disediakan oleh UNRWA kepada Arab News.

Jumat lalu, Israel memerintahkan semua warga sipil di bagian utara Gaza, tempat 1,1 juta penduduk tinggal untuk mengungsi ke selatan menjelang serangan darat yang ditakuti. Ribuan orang melarikan diri ke selatan karena juru bicara PBB mengatakan mereka menganggap langkah itu tidak mungkin terjadi tanpa konsekuensi kemanusiaan yang menghancurkan.

Di Gaza utara, Mashiko mengatakan hampir semuanya telah dihancurkan oleh serangan udara Israel. "Sulit untuk menemukan bangunan yang masih berdiri, fasilitas PBB juga rusak parah,” kata dia.

Pekerja dan penduduk di rumah sakit dan fasilitas PBB telah diperingatkan untuk dievakuasi oleh tentara Israel. Namun, Mashiko mengatakan ini adalah satu-satunya tempat perlindungan karena banyak yang telah kehilangan rumah mereka karena pengeboman terus-menerus.

“Kemana lagi mereka bisa pergi?" katanya

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement