REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- UNICEF dalam sebuah pernyataan pada Selasa (24/10/2023) mengatakan serangan udara Israel di jalur Gaza membunuh atau melukai lebih dari 400 anak setiap hari. Setidaknya, 2.360 anak-anak tewas dan 5.364 lainnya terluka menyusul pengeboman Israel yang tiada henti di wilayah kantong yang terkepung tersebut.
Periode 18 hari ini merupakan peningkatan permusuhan paling mematikan di jalur Gaza dan Israel yang pernah disaksikan PBB sejak 2006. Kekerasan meningkat setelah serangan Hamas ke Israel selatan pada 7 Oktober yang menyebabkan sedikitnya 1.400 orang tewas.
Israel telah bersumpah melakukan penghancuran total di Gaza untuk memusnahkan militan Hamas, namun organisasi hak asasi internasional telah memperingatkan pengeboman yang sedang berlangsung telah menyebabkan krisis kemanusiaan yang sangat besar.
Hampir setiap anak sekitar 50 persen dari populasi di Jalur Gaza telah terkena peristiwa dan trauma yang sangat menyedihkan. Hal itu ditandai dengan kehancuran yang meluas, serangan tanpa henti, pengungsian, dan kekurangan kebutuhan pokok seperti makanan, air, dan obat-obatan.
“Pembunuhan dan pencacatan terhadap anak-anak, penculikan anak-anak, penyerangan terhadap rumah sakit dan sekolah, serta penolakan akses kemanusiaan merupakan pelanggaran berat terhadap hak-hak anak,” kata Direktur Regional UNICEF untuk Timur Tengah dan Afrika Utara Adele Khodr dilansir dari Al Arabiya, Rabu (25/10/2023).
“Rekaman anak-anak yang diselamatkan dari bawah reruntuhan, terluka dan berada dalam kesusahan, sambil gemetaran di rumah sakit saat mereka menunggu perawatan, menggambarkan kengerian luar biasa yang dialami anak-anak ini. Namun tanpa akses kemanusiaan, kematian akibat serangan bisa menjadi puncak gunung es,” kata Khodr.
Jumlah korban jiwa akan meningkat...