REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Desa Puncak Jeringo, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, termasuk desa yang setiap tahun mengalami kekeringan ekstrim. Kondisi ini semakin parah sejak bencana gempa bumi di tahun 2018. Jumlah titik mata air di kaki bukit sini mengalami penyusutan, dari delapan titik mata air, kini hanya tersisa satu titik mata air dengan kondisi debit air yang semakin menurun.
Fenomena kekeringan menjadikan masyarakat Desa Puncak Jeringo mengalami krisis air bersih, sehingga sebagian besar masyarakatnya terpaksa membeli air yang disuplai oleh tanki-tanki air dari wilayah sekitar. Biaya pembelian air menambah beban ekonomi warga, karena kebutuhan setiap Kepala Keluarga (KK) yang terdiri dari empat orang memerlukan 1 tanki air setiap pekannya.
Satu tanki air dipatok harga Rp350.000,- (tiga ratus lima puluh ribu Rupiah). Selain anggota keluarga, warga pun harus memenuhi kebutuhan air untuk ternak yang mereka pelihara. Penghasilan mayoritas sebagai buruh tani maupun ngangon atau paroan ternak, tentu saja tak mencukupi untuk bisa penuhi kebutuhan air bersih yang ideal.
Di Dusun Pesirengan, Desa Puncak Jeringo, terdapat 16 KK dengan kondisi masih terisolir jauh dari akses layanan publik, seperti sekolah, rumah ibadah, layanan kesehatan, serta fasilitas sanitasi yang memadai. Selain sumber air bersih, sarana sanitasi warga di Dusun Pesirengan masih sangat memprihatinkan.
Bahkan, warga masih terbiasa untuk buang air besar dengan menggali lubang di lahan terbuka. Kondisi ini menjadi risiko bagi kesehatan warga, khususnya anak-anak yang rentan terpapar beragam penyakit.
Sebagai inisiatif untuk meringankan kesulitan masyarakat di Desa Puncak Jeringo yang terdampak kekeringan ini, Rumah Wakaf mendistribusikan empat tanki air bersih serta paket sembako.
“Bantuan air bersih serta paket sembako ini, semoga bisa menjadi solusi langsung bagi warga,” kata CEO Rumah Wakaf Soleh, dalam keterangan tertulis, Jumat (20/10/2023).
“Rumah Wakaf tengah mengikhtiarkan beragam upaya, agar lebih banyak solusi untuk mengatasi krisis air bersih di tengah masyarakat. Kami proyeksikan agar hal ini bisa tersolusikan secara langsung, maupun berkelanjutan. Bersama-sama dengan para donatur, pakar serta stakeholder terkait, Rumah Wakaf berharap bisa merancang solusi yang komprehensif dan berdampak jangka panjang,” kata Soleh.