REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dikutip dari buku Sejarah dan Keutamaan Masjid Al Aqsa dan Al Quds tulisan Mahdy Saied Rezk Karisem menyebutkan sesungguhnya Masjid Al-Aqsha Al-Mubarak adalah sebutan untuk setiap bagian yang ada di dalam tembok pagar Masjid Al-Aqsha. Maksudnya adalah, Masjid Al-Aqsha meliputi semua area (144 ribu meter persegi), dan itu merupakan area yang sudah ditetapkan oleh Rabb semesta alam.
Dengan demikian, Masjid Al-Aqsha merupakan sebutan umum untuk setiap bangunan yang ada di dalam tembok pagar yang meliputi beberapa mashalla, masjid, lapangan dan tempat peninggalan lainnya, sehingga ia meliputi Masjid Qibli Janubi (Kiblat Selatan), Masjid Kubah Ash-Shakhrah, Mushalla An-Nisa' (khusus jamaah perempuan), Mushalla Al-Marwani, paviliun, kubah dan lintasan. Semua fasilitas yang ada ada di tembok pagar tersebut dinamai Masjid Al-Aqsha.
Jadi, yang disebut Masjid Al-Aqsha itu bukan hanya masjid yang memiliki kubah emas seperti yang yang umum diketahui masyarakat. Masjid Al-Aqsha juga bukan hanya Masjid Lama, melainkan ia meliputi setiap tempat yang ada di dalamnya.
Setidaknya ada tujuh masjid dan musalla yang terdapat dalam kompleks Al Aqsa, diantaranya,
Pertama, Masjid Qibli (Kiblat) atau Jami' Qibli. Masjid ini juga dinamakan dengan Masjid Janubi, atau mushalla, atau Masjid Qadim (Lama). Seluruhnya merupakan sebutan untuk masjid tersebut.
Ia dinamai Masjid Qibli karena ia berada di arah kiblat, yaitu di arah selatan dari tempat tersebut. Arah selatan merupakan arah kiblat, yaitu Makkah. Pertama kali membangun masjid ini adalah Khalifah Umar bin Khatab.
Kemudian ia dibangun dengan bentuk seperti sekarang oleh Khalifah Abdul Malik bin Marwan dan anaknya yang bernama Malik. Inilah masjid utama yang digunakan untuk melaksanakan shalat lima waktu dan shalat Jumat. Luas masjid ini 4.500 meter persegi, dan di atasnya terdapat kubah berwarna perak. Masjid ini menempel pada tembok pagar selatan Masjid Al-Aqsha, dan memiliki 11 pintu. Masjid ini terdiri dari aula utama masjid (tengah masjid dan area shalat).
Ia juga memiliki tiga paviliun tambahan. Masjid ini menampung hingga 5500 jamaah. Ada masjid lain yang berdampingan dengan masjid ini, yaitu masjid kecil di arah timur bernama Masjid Umar. Masjid tersebut memiliki satu atap dan tersambung dengan Masjid Qibli ini, serta memiliki akses kedalamnya.
Di sana juga ada mushalla lain yang berada di bawah Masjid Qibli, bernama Mushalla Qadim. Para jamaah biasa turun ke bawahnya melalui tangga. Ia terdiri dari dua paviliun, serta dapat menampung menampung 1000 jamaah shalat.
Kedua, Masjid Kubah Ash-Shakhrah (Dome of the Rock). Masjid ini dikenal dengan bentuknya yang indah dan kubah yang berwarna emas. Ia terletak di tengah Masjid Al-Aqsha dan dibangun oleh Khalifah Umawiyah Abdul Malik bin Marwan pada tahun 72 H. Abdul Malik memulai pembangunannya untuk keseluruhan Masjid Al-Aqsha pada tahun 66 H. Satu bagian darinya rampung pada tahun 72 H., kemudian ia digantikan anaknya untuk menyempurnakan sisanya, dan seluruh pembangunannya selesai pada tahun 86 H. KhalifahAbdul Malik bin Marwan menjadikan Ash-Shakhrah berada di tengah masjid ini.
Kemudian ia membangun sebuah kubah emas besar di atasnya. Masjid ini sekarang menjadi tempat shalat bagi jamaah perempuan saja. Diameter kubahnya mencapai 20 meter dan tingginya 10 meter. Adapun ketinggiannya dari tanah adalah 30 meter.
Penamaan masjid ini dengan nama Masjid Ash-Shakhrah atau Masjid Kubah Ash-Shakhrah merupakan penamaan yang popular sepanjang zaman dikarenakan masjid ini berada di atas Ash- Shakhrah atau batu. Juga karena keberadaan kubah, kemasyhuran dan keindahannya.
Dengan melihat keberadaan batu di dalam masjid dan di bawah kubah, maka penamaan ini merupakan penamaan yang bersifat deskriptif dan identifikatif saja. Penamaan ini tidak memiliki hubungannya secara syariat.
Ketiga, Masjid Al-Buraq. Masjid ini terletak di sebelah barat daya Masjid Al-Aqsha di samping tembok barat masjid. Dinamakan demikian karena dikaitkan dengan tempat Nabi mengikat kendaraan beliau yaitu Buraq pada malam Isra dan Mi'raj.
Saat itu Nabi mengikat Buraq pada sebuah rantai dari besi yang ada di ujung tembok pagar, sehingga masjid ini dinamai Masjid Al-Buraq karena dikaitkan dengan Buraq yang dikendarai beliau dari Makkah menuju Baitul Maqdis. Masjid ini dibangun oleh Para Khalifah Umayyah juga, kemudian ia dibangun ulang dengan bentuknya yang sekarang pada tahun 730 H. (1329 M.) pada masa pemerintahan Daulah Mamluk. Luas masjid ini 100 meter persegi.
Di tempat tersebut selalu terjadi konflik antara kaum muslimin dan Yahudi, karena Yahudi mengatakan bahwa tembok yang padanya terdapat masjid ini merupakan sisa- sisa dari Haikal Sulaiman (Solomon Temple).
Masjid ini posisinya lebih rendah sehingga orang yang hendak shalat di dalamnya harus turun ke tempat tersebut melalui tangga yang terdiri dari 38 anak tangga.
Keempt, Mushalla Al-Marwani. Ini merupakan mushalla besar yang dibangun Khalifah Walid bin Abdul Malik dan terletak di bagian bawah arah tenggara dalam kompleks Masjid Al-Aqsha di bawah lapangan. Ini merupakan masjid besar yang terdiri dari 16 paviliun, dan luasnya mencapai empat ribu meter persegi.
Ini merupakan area paling luas yang tertutup dalam Masjid Al-Aqsha, dan masjid ini dapat menampung 4.000 jamaah shalat. Ketika tentara salib menduduki kota Al-Quds, mereka menjadikan masjid ini sebagai kandang kuda.
Kelima, Masjid Al-Magharibah. Masjid ini terletak di sebelah barat daya kompleks Masjid Al-Aqsha, yaitu di selatan tembok Buraq. Masjid ini dibangun oleh Shalahuddin Al-Ayyubi pada tahun 590 H., dan hari ini masjid tersebut digunakan sebagai pusat informasi Islam.
Keenam, Mushalla An-Nisaa'. Mushalla ini terletak di bagian barat daya kompleks Masjid Al-Aqsha, dan sekarang menjadi pusat perpustakaan Masjid Al-Aqsha.
Ketujuh, Masjid Qadim. Masjid ini terletak di bawah Masjid Qibli.