REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama (Kemenag) Amien Suyitno menyatakan penggunaan platform Massive Open Online Course (MOOC) Pintar mampu mengefisienkan anggaran hingga ratusan miliar rupiah untuk berbagai macam pelatihan.
"Ekspektasi yang luar biasa ada efisiensi ratusan miliar dengan pola platform digital ini. Jangankan sampai ratusan miliar, kita sendiri enggak punya anggaran sebesar itu," ujar Suyitno di Jakarta, Selasa.
Aplikasi MOOC Pintar merupakan strategi baru Kemenag dalam melayani pengembangan kompetensi Aparatur Sipil Negara (ASN) hingga guru melalui pelatihan secara digital.
Sebelum ada MOOC Pintar, kata dia, pelatihan di lingkungan Kemenag dilakukan dengan tatap muka dan Pelatihan Jarak Jauh (PJJ) dengan memanfaatkan zoom.
Saat ini sejumlah pelatihan dibuka lewat platform MOOC Pintar, salah satunya Implementasi Kurikulum Merdeka (IPM). Sejak dirilis pada Juli 2022, 29 ribu orang telah mengikuti pelatihan MOOC Pintar.
Dari jumlah tersebut, lanjutnya, sebanyak 19 ribu dinyatakan lulus penjaminan mutu. "Ada kontrol mutu secara sistem. Ada sistem yang mengontrol," kata Suyitno.
Sementara itu Kepala Pusdiklat Kemenag Mastuki mengatakan apabila 27 ribu orang dilakukan pelatihan secara tatap muka, maka akan membutuhkan 916 angkatan dengan biaya mencapai Rp174 miliar.
"Kalau MOOC itu tidak menginap, (dilaksanakan) di tempat pelatihan kita. Kalau 916 kali pelatihan sebesar Rp190 juta butuh Rp174 miliar dengan asumsi pelatihan selama lima hari dan menginap," kata Mastuki.
Sementara jika lewat MOOC Pintar, kata dia, satu kali pelatihan bisa menjangkau ratusan hingga ribuan orang. Secara anggaran akan lebih efisien dengan pelaksanaan yang fleksibel.
"Tiap orang hanya butuh Rp100-300 ribu untuk pulsa saja, mengikuti dari awal sampai akhir pelatihan, sangat efisien," katanya.