Selasa 10 Oct 2023 14:23 WIB

Hikmah Kemarau: Air Sungguh Berharga, Jangan Boros Menggunakannya

Tidak ada satu butir pun setetes air hujan yang jatuh ke bumi kecuali dengan takaran.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Ani Nursalikah
Petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Serang membagikan air bersih kepada warga di Kampung Kilasah, Serang, Banten, Senin (9/10/2023). Untuk membantu warga terdampak kekeringan di 101 Desa yang tersebar di 22 Kecamatan Pemda setempat menyalurkan 15 ribu liter air bersih setiap harinya.
Foto: ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman
Petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Serang membagikan air bersih kepada warga di Kampung Kilasah, Serang, Banten, Senin (9/10/2023). Untuk membantu warga terdampak kekeringan di 101 Desa yang tersebar di 22 Kecamatan Pemda setempat menyalurkan 15 ribu liter air bersih setiap harinya.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Air sejatinya adalah hal yang paling berharga di dunia ini, tetapi sering kali disepelekan. Berharganya air sering kali baru disadari ketika dilanda musim kemarau yang panjang.

Kalau kata Bang Haji Rhoma Irama dalam lirik lagu berjudul "Kehilangan", "Kalau sudah tiada, baru terasa bahwa kehadirannya, sungguh berharga."

Baca Juga

Salah satu penghinaan terhadap air adalah ketika terlalu berlebihan atau boros menggunakannya, entah itu untuk wudhu, mandi, mandi wajib, mencuci piring, cuci mobil, motor, dan lainnya.

Pendakwah Mesir Syekh Khalid Al-Jundi menjelaskan Rasulullah SAW biasa berwudhu dengan takaran satu mud air. Untuk mandi, Nabi Muhammad SAW biasa menggunakan takaran air sebanyak satu sha' atau empat mud.

Ini didasarkan pada riwayat Imam Malik, Imam Syafi'i dan Imam Ahmad bin Hanbal. Sedangkan, Imam Abu Hanifah menganggap bahwa yang dimaksud satu sha' adalah enam mud.

Artinya, takaran air wudhu yang digunakan Rasulullah SAW itu setara dengan 600 mililiter air. Ini tidak lebih dari setengah botol air mineral ukuran paling besar 1.500 ml.

Jika umat Muslim boros menggunakan air, maka pada akhirnya akan menghadapi masalah pasokan air karena sikap boros yang dilakukan sendiri saat berwudhu. "Jangan buang-buang air meskipun dari sungai yang mengalir. Kita ini sering kali menggunakan air sepuasnya untuk berwudhu. Di sisi lain, kita juga butuh air untuk minum, sikat gigi, dan lainnya," kata Syekh Al-Jundi.

 

 

sumber : alukah/masrawy
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement