Ahad 08 Oct 2023 13:30 WIB

Usai Serang Israel Apa Langkah Hamas Selanjutnya?

Ketegangan meningkat di Jalur Gaza.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Muhammad Hafil
Pendukung Hamas
Foto: AP Photo/Bilal Hussein
Pendukung Hamas

REPUBLIKA.CO.ID,JERUSALEM -- Lima puluh tahun setelah Perang Yom Kippur, yang dimulai dengan serangan mendadak terhadap Israel oleh Mesir dan Suriah, militan Palestina melancarkan serangan besar-besaran. Aksi ini juga termasuk yang tidak terduga, yang berlangsung pada hari raya Yahudi lainnya.

Baru-baru ini, ketegangan meningkat di Jalur Gaza. Meski demikian terjadi kebijaksanaan konvensional, bahwa baik Hamas selaku kelompok Islam yang berkuasa di sana maupun Israel, tidak menginginkan eskalasi.

Baca Juga

Di balik kesenyapan ini, Hamas ternyata telah merencanakan operasi yang canggih dan terkoordinasi.  Rentetan roket diluncurkan, yang beberapa diantaranya mencapai Yerusalem dan Tel Aviv, serta para pejuang Palestina memasuki Israel selatan melalui laut, darat dan udara.

Mereka telah mengepung kota-kota dan pos-pos tentara Israel selama berjam-jam. Aksi yang dilakukan juga membunuh banyak orang dan menyandera sejumlah warga sipil dan tentara Israel, untuk disandera di Gaza.

Dilansir di //Saudi Gazette//, Ahad (8/10/2023), drama mengerikan ini ditayangkan langsung di media sosial dan media arus utama. Ribuan warga Israel yang keluar untuk berpesta semalaman di lapangan dekat Gaza, dengan cepat tercerai-berai.

Setelah rekannya pergi mencarinya, Gili Yoskovich mengatakan kepada BBC bagaimana dia bersembunyi dari para pejuang bersenjata lengkap di antara pepohonan.

"Mereka menyerang pohon demi pohon dan menembak ke mana-mana. Dari dua sisi dan saya melihat orang-orang sekarat di mana-mana," ujar dia.

Melihat hal ini, ia bahkan sempat berpikir tidak apa-apa jika ia menghembuskan napas terakhirnya saat itu dan menutup matanya. Yoskovich menyebut ia melihat penembakan di mana-mana, yang mana lokasinya sangat dekat dengan dia.

Surat kabar Israel //HaYom//, mengutip seorang warga Kibbutz Be'eri bernama Ella, yang berbicara tentang ketakutannya terhadap ayahnya. Sang ayah disebut pergi ke ruang aman, setelah sirene berbunyi untuk memperingatkan akan adanya tembakan roket.

“Dia (Ayahnya) menulis bahwa para teroris berada di tempat perlindungan, saya melihat fotonya di Telegram dari dalam Gaza. Saya masih mendengar semburan tembakan,” kata dia.

Banyak warga Israel yang terkejut karena pasukan keamanan Israel tidak datang lebih cepat untuk membantu mereka.

Sementara itu, rekaman yang dibagikan di saluran Hamas menunjukkan tentara di pos tentara Israel dan di dalam tank telah ditangkap atau dibunuh.

Bersebaran pula gambaran awal perayaan di Gaza, yang mana kendaraan militer Israel terlihat dirampas, yang kemudian dikendarai di jalan-jalan.

“Saya senang dengan apa yang telah dilakukan Hamas sejauh ini, sebagai balas dendam atas tindakan Israel di al-Aqsa,” kata seorang pemuda di Kota Gaza kepada BBC, yang tidak disebutkan namanya.

Pernyataan ini mengacu pada meningkatnya jumlah pengunjung Yahudi yang mengunjungi kompleks Al-Aqsa di Yerusalem Timur, saat hari raya besar Yahudi beberapa hari terakhir.

Masjid Al-Aqsa merupakan situs tersuci ketiga dalam Islam. Rumah ibadah ini juga merupakan tempat tersuci bagi umat Yahudi, yang dikenal dengan nama Temple Mount.

Meski demikian, pria yang meninggalkan apartemennya setelah mendapat peringatan bahwa militer Israel akan menyerang di dekatnya ini menyatakan ketakutannya, atas apa yang akan terjadi selanjutnya.

“Kami khawatir. Keluarga saya sudah kehilangan toko kami saat Menara Shorouk dihantam Israel pada perang. Tindakan yang dilakukan Hamas kali ini jauh lebih besar, sehingga akan ada respons Israel yang lebih besar lagi," lanjut dia.

Rumah sakit yang berada di Palestina sudah kewalahan menangani korban jiwa, akibat serangan udara Israel yang menyebabkan kehancuran luas.

Jalur Gaza merupakan sebuah daerah kantong kecil di pesisir yang merupakan rumah bagi sekitar 2,3 juta warga Palestina. Wilayah ini diambil alih oleh Hamas pada 2007, setahun setelah mereka memenangkan pemilihan parlemen.

Israel dan Mesir kemudian memperketat blokade terhadap wilayah tersebut. Tidak hanya itu, negara ini masih masuk kategori miskin, dengan angka pengangguran sekitar 50 persen.

Setelah konflik serius antara Israel dan Hamas pada 2021, pembicaraan tidak langsung yang dimediasi oleh Mesir, Qatar dan PBB membantu mengamankan ribuan izin bagi warga Gaza untuk bekerja di Israel. Hal ini sekaligus melonggarkan pembatasan lainnya, dengan imbalan kondisi yang relatif tenang.

Bulan lalu, ratusan warga Palestina mulai bergabung dalam protes di dekat pagar pembatas di jalur tersebut sebagai pengingat akan demonstrasi massal yang dimulai lima tahun lalu. Hal ini diasumsikan sebagai persetujuan dari Hamas, serta dimaksudkan untuk mendapatkan lebih banyak konsesi dari Israel dan bantuan uang dari Qatar.

Demonstrasi kecil-kecilan kini tampak seperti ikan haring merah. Beberapa orang berspekulasi apakah mereka benar-benar berkesempatan untuk mengamati sebelum penyusupan.

Dengan operasi terbaru ini, Hamas tampaknya ingin sekali lagi meningkatkan kredibilitasnya sebagai organisasi militan. Piagamnya tetap berkomitmen pada kehancuran Israel.

Berbicara pada awal serangan, komandan militan bayangan Hamas Mohammed Deif menyerukan kepada warga Palestina dan negara-negara Arab lainnya, untuk bergabung dalam aksi tersebut untuk “menghapus pendudukan [Israel]”.

Pertanyaan besarnya sekarang adalah, apakah warga Palestina di Tepi Barat dan Yerusalem Timur yang diduduki atau di wilayah lain akan mengindahkan seruan tersebut? 

Di sisi lain Israel tidak diragukan lagi melihat potensi perang yang dapat terjadi di berbagai bidang. Skenario terburuknya adalah hal ini dapat menarik kelompok militan Lebanon yang kuat, Hizbullah.

Sementara itu, militer Israel telah memerintahkan penguatan pasukan secara besar-besaran. Selain serangan udara yang intens di Gaza, mereka juga mengindikasikan adanya rencana operasi darat di sana.

Penangkapan tentara dan warga sipil Israel, yang diharapkan dapat digunakan oleh militan Palestina sebagai tameng manusia atau alat tawar-menawar, merupakan komplikasi yang serius.

"Kami saat ini sedang sibuk mendapatkan kembali kendali atas wilayah tersebut, melakukan serangan secara luas dan terutama menjaga wilayah di sekitar Jalur Gaza,” kata juru bicara IDF, Laksamana Muda Daniel Hagari.

Ia juga menyebut pihaknya akan melakukan peninjauan yang sangat tajam dan menyeluruh. Meskipun tinjauan menyeluruh mungkin masih jauh, tidak ada keraguan bahwa badan intelijen dan keamanan Israel akan bertanya-tanya mengapa mereka tidak melihat tindakan ini terjadi, serta bagaimana mereka tidak berhasil mencegah dampak besar yang ditimbulkannya.  

Sumber:

https://saudigazette.com.sa/article/636555/World/Mena/Hamas-attack-shocks-Israel-but-what-comes-next

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement