Sabtu 07 Oct 2023 12:59 WIB

Majelis Hukama Muslimin Bahas Kerukunan dan Perubahan Iklim di Menteng

Indonesia jadi panutan bagi dunia dalam membangun kerukunan antarumat beragama.

Rep: Andrian Saputra/ Red: Ani Nursalikah
Din Syamsuddin
Foto: Harian Republika
Din Syamsuddin

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para pemuka agama yang tergabung dalam Inter Religious Council of Indonesia (IRC) atau Dewan antar Umat Beragama Indonesia melakukan pertemuan dengan Majelis Hukama Muslimin (MHM) atau Muslim Council of Elders di Menteng, Jakarta Pusat, Kamis ( 5/10/2023).

Pertemuan itu dihadiri Sekretaris Jenderal MHM, Abdel Salam, Presidium IRC, Prof. Din Syamsuddin, Sekjen Pelaksana Dokumen Persaudaraan Kemanusiaan Paus Fransiskus dan Grand Syekh Al Azhar Ahmad Ath-Thayyeb, Ibrahim, Ketua MUI pusat KH. Muhyiddin Junaidi, serta sejumlah tokoh lintas agama.

Baca Juga

Pertemuan itu membahas tentang meningkatkan kesadaran lingkungan di tengah umat beragama sebagai upaya menangani persoalan perubahan iklim. Selain itu membahas tentang kerukunan antar umat beragama dalam mencapai perdamaian global.

Dalam kesempatan itu Sekjen MHM, Abdel Salam memuji Indonesia yang dinilai oleh negara-negara dunia telah berhasil membangun kerukunan antarumat beragama. Menurutnya Indonesia adalah panutan bagi dunia internasional dalam membangun kerukunan antarumat beragama.

Presidium IRC, Prof. Din Syamsuddin mengatakan dalam upaya mengatasi perubahan iklim RIC sejak 2014 telah mendirikan lembaga Siaga Bumi Indonesia Bergerak Selamatkan Bumi yang terus melakukan kampanye untuk meningkatkan kesadaran masyarakat agar lebih peduli terhadap lingkungan. Selain itu, lembaga tersebut melakukan aksi langsung dalam melindungi hutan tropis di Indonesia.

"Ini semua adalah bentuk dialog dan aksi kita, tidak hanya dalam kata kata tapi juga dalam perbuatan. Dengan bekerja sama seperti itu kita lupakan perbedaan dan masalah yang ada," kata Prof Din.

Berkaitan dengan dengan kerukunan umat beragama, Prof Din mengatakan Indonesia telah menjadi negara panutan dunia. Meski menurutnya tak dapat dipungkiri keberadaan kelompok yang bersifat eksklusif dan sering tampil intoleran dan kerap mengganggu keharmonisan umat beragama yang telah terbangun. Namun, para pemuka agama terus berupaya mengajak berdialog dalam dalam setiap menyelesaikan persoalan-persoalan serta menebarkan pandangan keagamaan yang moderat

"Kita tidak menutup mata di kalangan kita dalam satu komunitas agama atau antar umat beragama selalu ada ketegangan. Dan ada kelompok yang punya pikiran sendiri dan bersifat eksklusif dan sering tampil intoleran namun namun kelompok itu sangat kecil, walaupun sering mengganggu. Kalau saya pribadi tetap kedepankan dialog dengan mereka jadi dialog ini jangan hanya dikalangan orang-orang yang moderat saja," katanya.

Din mengatakan para pemuka agama Indonesia pun kini semakin banyak yang tampil di forum dan konferensi internasional di banyak negara dengan mengemban misi menyampaikan pandangan-pandangan keagamaan bersifat moderat (wasathiyah).

Pada pertemuan itu, para pemuka agama juga menyampaikan tentang bagaimana terjalinnya hubungan yang harmonis dan rukun antarumat beragama di Indonesia. Ketua Pasraman Aditya Jaya, Nyoman Udayana Sangging misalnya mengemukakan tentang bagaimana umat Hindu dan umat Muslim di Bali dapat hidup berdampingan dengan rukun.

Sebab, menurutnya, dalam ajaran umat Hindu semua makhluk adalah saudara oleh karena itu tidak boleh menimbulkan perpecahan. Ia pun berharap kerukunan umat Hindu dan umat Muslim di Bali dapat menjadi model untuk membangun perdamaian antarumat beragama di dunia khusunya di India di mana konflik antar umat Muslim dan umat Hindu sering terjadi.

"Kami umat Hindu hidup rukun dengan Muslim di Bali. Karena dimana tempat kita tinggal disitu selalu berbuat baik pada siapapun, kapanpun dan rukun. Itulah juga harus dipakai di India," katanya.

Sekretaris Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia Jacky Manuputty mengatakan kerukunan yang tercipta kuat di tengah kemajemukan suku bangsa dan agama di Indonesia tak lepas dari modal sosial yakni kearifan yang tumbuh sejak lama dan mampu mengelola keragaman yang ada. Selain dari itu, Indonesia juga memiliki modal kultural yang merawat kerukunan antar umat beragama. Menurutnya, agama-agama di Indonesia memiliki pengalaman bersama ketika membangun bangsa. Hal inilah yang menjadi kekuatan Indonesia untuk terus mempromosikan perdamaian di tengah umat beragama pada dunia.

"Dan ini yang saat ini sedang dicari (dunia) ketika ketegangan-ketegangan, konflik identitas, muncul secara global, di sini kita memainkan peranan yang penting untuk mempromosikan itu terus menerus," kata Jacky.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement