REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Gaya hidup sederhana berarti menampilkan lalu hidup bersahaja, tidak berlebih-lebihan (israf) baik dalam sandang, pangan, dan papan.
Yang bila seseorang berlebih-lebihan akan membentuk perilaku tabdzir (menghambur-hamburkan harta) dan sombong.
Namun demikian tidak juga pelit atau kikir baik terhadap dirinya, keluarganya, dan orang lain. Orang yang menampilkan lalu hidup sederhana dapat menempatkan skala prioritas dalam hidupnya, membelanjakan harta dengan cermat sesuai peruntukannya dan kebutuhannya.
وَالَّذِينَ إِذَا أَنْفَقُوا لَمْ يُسْرِفُوا وَلَمْ يَقْتُرُوا وَكَاانَ بَيْنَ ذَٰلِكَ قَوَامًا “Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebih-lebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian.” (QS al-Furqan ayat 67).
Misalnya dalam hal makanan, seorang yang berlaku hidup sederhana tidak akan berlebih-lebihan dalam makanannya. Yang terpenting baginya adalah makanan yang dimakannya adalah makanan halal, thayib atau baik dari sisi bentuk dan rasa serta gizinya, dan menjadikan mengkonsumsi makanan itu sebagai sarana untuk semakin giat beribadah kepada Allah Ta'ala.
يَا بَنِي آدَمَ خُذُوا زِينَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلَا تُسْرِفُوا ۚ إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ
“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, dan jangan berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (QS al-A’raf [7]:31)
Dalam berpenampilan seorang Muslim lebih mengutamakan kesucian pakaian, kebersihan dan keindahan. Sebab Allah SWT menyenangi hambanya yang memperhatikan kebersihan dan keindahan diri.
Baca juga: 15 Pengakuan Orientalis Non-Muslim Ini Tegaskan Alquran Murni tak Ada Kesalahan
Seorang Muslim diajarkan untuk tidak berlebih-lebihan atau untuk menyombongkan diri. Oleh karenanya seorang Muslim diajarkan untuk sederhana dalam berpakaian. Sebagaimana sabda nabi sederhana dalam berpakaian adalah sebagian dari iman.
حَدَّثَنَا النُّفَيْلِيُّ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ سَلَمَةَ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ إِسْحَقَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أأَبِي أُمَامَةَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ كَعْبِ بْنِ مَالِكٍ عَنْ أَبِي أُمَامَةَ قَالَ ذَكَرَ أَصْحَابُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ ععَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمًا عِنْدَهُ الدُّنْيَا فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَلَا تَسْمَعُونَ أَلنَ أَلَا تَسْمَعُونَ إِنَّ الْبَذَاذَةَ مِنْ الْإِيمَانِ إِنَّ الْبَذَاذَةَ مِنْ الْإِيمَانِ يَعْنِي التَّقَحُّلَ قَالَ أَبُو دَاوُد هُوَ أَبُو أُمَامَةَ بْنُ ثَعْلَبَةَ الْأَنْصَارِيُّ
Telah menceritakan kepada kami (An Nufaili) berkata, telah menceritakan kepada kami (Muhammad bin Salamah) dari (Muhammad bin Ishaq) dari (Abdullah bin Abu Umamah) dari (Abdullah bin Ka'b bin Malik) dari (Abu Umamah) ia berkata, "Pada suatu hari sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memperbincangkan tentang dunia di sisinya, maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidakkah kalian mendengar? Tidakkah kalian mendengar? Sesungguhnya sederhana dalam berpakaian adalah bagian dari iman. Sesungguhnya sederhana dalam berpakaian adalah bagian dari iman." Maksudnya adalah berpakaian apa adanya dan pantas.", Abu Dawud berkata; "Dia adalah Abu Umamah bin Tsa'labah Al Anshari." (HR Abu Dawud).
Baca juga: Bagaimana Laut Merah Bisa Terbelah oleh Tongkat Nabi Musa? Ini Penjelasan Ilmiahnya
Hadits ini tergolong sebagai hadits hasan. Ibnu Abdul Barr di dalam al-Istidzkar 3/202 , dia menjelaskan bahwa maksud hadits tersebut adalah menghilangkan nafsu dalam berpakaian yakni sifat boros atau bermewah-mewah dalam berpakaian, menyombongkan diri dalam berpakaian.
Sementara itu Abi at-Tayyib Muhammad Syams al-Haq al- Azim abadi menukil keterangan Al Khattibi yang menjelaskan bahwa berpakaian yang buruk itu mengenakan pakaian yang tidak lantas dan tidak rapi dan sejenis
Artinya selama pakaian yang digunakan suci bersih dan indah serta tidak dalam rangka untuk menyombongkan diri atau bermewah-mewahan maka diperbolehkan.