Kamis 07 Sep 2023 19:46 WIB

Siswa MTs Sawahlunto Ciptakan Detektor Kebocoran Gas yang Mudah Terbakar

Karya siswa MTs Sawahlunto menginspirasi siswa sekolah lain untuk kreatif.

Rep: Fuji Eka Permana/ Red: Erdy Nasrul
Dua siswa MTs dari Sawahlunto di Sumatera Barat menciptakan alat pendeteksi kebocoran gas yang mudah terbakar karena termotivasi banyaknya ledakan di tambang di daerahnya, Kamis (7/9/2023).
Foto: Dok Kemenag.
Dua siswa MTs dari Sawahlunto di Sumatera Barat menciptakan alat pendeteksi kebocoran gas yang mudah terbakar karena termotivasi banyaknya ledakan di tambang di daerahnya, Kamis (7/9/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dua siswa Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) 2 Kota Sawahlunto di Sumatera Barat menciptakan alat pendeteksi gas metana berbasis Internet of Things (IoT). Karya Bebrina Latif Azzahra (14 tahun) dan Raisya Qurrata Aini (14) ini menjadi salah satu finalis di ajang Madrasah Young Researcher Supercamp (MYRES) 2023 yang digelar di Kendari, Sulawesi Tenggara pada 2-7 September 2023.

Gas metana bisa ditemukan di area tambang dan sering menyebabkan ledakan apabila terpicu percikan api. Di sawahlunto, Sumatera Barat, kasus ledakan di dalam area tambang menjadi cerita lama yang masih sering terjadi. Hal ini memotivasi kedua siswa MTs ini untuk menciptakan alat sederhana yang bermanfaat.

Baca Juga

Alat utama rakitan dua siswa kelas 9 ini wujudnya kotak persegi seukuran receiver antena berukuran 15 x 10 x 5 centimeter. Di dalamnya ditanam rangkaian sirkuit yang mesin utamanya adalah Enhanced Smart Power (ESP) 8266. 

"Ini berfungsi sebagai otak yang dapat menganalisa reseptor," kata Bebrina Latif Azzahra yang akrab dipanggil Zahra, Kamis (7/9/2023).

Kemudian di sisi lain ada sensor yang ditempatkan di titik-titik rawan yang dideteksi. Sensor yang dipakai adalah MQ2, alat seukuran tutup botol yang didukung IC circuit, yang dapat membaca parameter gas. 

"Alat ini dapat mengenali gas-gas yang mudah terbakar dengan sensitivitas yang dapat diatur," ujar Zahra.

Sensor MQ2 ini disandingkan dengan sensor DHT-11. Sensor yang kedua ini dapat mendeteksi suhu dan kelembaban serta dapat memberikan nilai kelembaban relatif dalam bentuk prosentase (20 persen - 90 persen) dan dalam derajat celcius. Antara sensor dan penerima tidak dihubungkan dengan kabel karena ia menggunakan sinyal internet.

Pada pengetesan yang dilakukan kedua siswa MTs ini didampingi guru pembimbing Seprian Yusril, yang mengambil lokasi di area tambang Bukit Asam di Sawahlunto pada 31 Juli 2023 lalu, alat ini bekerja dengan baik di kedalaman 800 meter di terowongan sepanjang 6 kilometer.

Bagaimana pengguna dapat membaca membaca hasil analisa ISP? Zahra menjelaskan, ESP sudah dihubungkan dengan ponsel yang telah diinstal aplikasi Blynk. Aplikasi yang kompatibel untuk iOS dan Android ini dapat membaca segala parameter yang dapat ditangkap ESP. Ia dapat melakukan tindakan, misalnya mengendalikan perangkat hardware, menampilkan data sensor, menyimpan data, visualisasi, dan lain-lain.

Zahra mengatakan, alat ini memiliki sensitifitas tinggi. Pada pengujian di area tambang, situasinya kepadatan gas metana mencapai 151 ppm. "Tetapi yang jauh lebih kecil juga bisa ditangkap," ujar Zahra. 

Zahra mengatakan, jika kepadatan metana mencapai 5.000 ppm, maka ponsel akan mengeluarkan alarm warning.  

Menurut Zahra, alat tersebut sangat aplikastif karena dapat digunakan untuk rumah tangga dan perorangan. Misalnya mendeteksi kebocoran gas elpiji di dapur, gas kotoran hewan pada peternakan, dan bocoran gas karbon yang merembes ke kabin kendaraan. 

Banyaknya kemampuan ini karena sensor yang dipasang dapat diset untuk mengenali berbagai jenis gas seperti metana (CH4), karbon dioksida (CO2), etana (C2H6), hidrogen sulfida (H2S), dan lain-lain, tergantung penyetelannya. 

Perangkat canggih ini hanya sampai pada percobaan dan belum pernah diproduksi. Harganya terbilang murah. Untuk merakit dari nol, biayanya tidak sampai Rp 500 ribu. "Tapi alatnya harus beli di Jakarta," kata Zahra.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement