Sabtu 02 Sep 2023 21:36 WIB

Gus Yahya: NU tidak lagi Terlibat Politik Praktis

Menurutnya, NU kembali ke fungsinya sebagai organisasi keagaaman kemasyarakatan.

Rep: Rossi Handayani/ Red: Ani Nursalikah
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf bersiapmemberikan keterangan terkait pelaksanaan ASEAN Intercultural and Interreligious Dialogue Conference (IIDC) 2023 di Jakarta, Rabu (2/8/2023). PBNU akan menggelar ASEAN IIDC 2023 pada 7 Agustus 2023 mendatang. Forum dialog antaragama dan antarbudaya ini akan dihadiri oleh ratusan pemimpin agama dan penghayat kepercayaan, baik dari dalam maupun luar negeri. Diperkirakan akan ada 150 orang undangan, meliputi pembicara dan partisipan yang akan hadir di forum
Foto: Republika/Prayogi
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf bersiapmemberikan keterangan terkait pelaksanaan ASEAN Intercultural and Interreligious Dialogue Conference (IIDC) 2023 di Jakarta, Rabu (2/8/2023). PBNU akan menggelar ASEAN IIDC 2023 pada 7 Agustus 2023 mendatang. Forum dialog antaragama dan antarbudaya ini akan dihadiri oleh ratusan pemimpin agama dan penghayat kepercayaan, baik dari dalam maupun luar negeri. Diperkirakan akan ada 150 orang undangan, meliputi pembicara dan partisipan yang akan hadir di forum

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf alias Gus Yahya mengungkapkan NU tidak lagi terlibat dalam partai politik atau pun politik praktis. Hal ini sesuai dengan keputusan muktamar pada 1984.

"Dulu sebelum 1973 NU pernah menjadi partai politik, tapi para ulama sudah sepakat membuat keputusan NU tidak lagi beroperasi sebagai partai politik, tidak lagi menjalankan politik praktis tetapi kembali fungsinya sebagai organisasi keagaaman kemasyarakatan. Itu keputusan muktamar 1984, dulu terkenal kembali ke khittah," kata Gus Yahya, Sabtu (2/9/2023).

Baca Juga

Gus Yahya melanjutkan, dalam norma organisasi NU tidak mengizinkan mendukung pasangan calon presiden dan wakilnya atau sebagai kompetitor. Menurut dia, ulama NU juga mengetahui terkait hal ini dan mereka ingin pemilu yang lancar.

"Semua orang, ulama punya concern agar pemilu berjalan sehingga baik dan lancar supaya hasilnya berkualitas dan prosesnya aman," ucap Gus Yahya.

Gus Yahya mengatakan secara pribadi dirinya sudah memiliki pilihan, akan tetapi sebagai ketua umum PBNU dirinya harus dapat menahan diri agar pilihannya tidak sampai ke publik. Hal ini agar tidak sampai ada kesalahpahaman seolah dia mempergunakan jabatan yang dimiliki.

"Karena saya ketua umum, pengurus. Kalau saya warga biasa, bisa semau saya. Makanya saya tidak bisa melakukan artikulasi soal itu. Itu harga menjadi ketua umum, seperti itu, tidak boleh mengumbar," kata Gus Yahya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement