Ahad 27 Aug 2023 05:08 WIB

Arab Saudi Ditawari China untuk Bangun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir

Amerika dan Israel mengkhawatirkan Arab Saudi jika bangun pembangkit listrik nuklir.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Erdy Nasrul
Ilustrasi pembangkit listrik bertenaga nuklir.
Foto: AP
Ilustrasi pembangkit listrik bertenaga nuklir.

REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Arab Saudi mempertimbangkan tawaran China untuk membangun pembangkit listrik tenaga nuklir. Wall Street Journal dalam laporannya pada Jumat menyebutkan, Perusahaan Nuklir Nasional China (CNNC) milik negara telah mengajukan tawaran untuk membangun fasilitas tersebut.

Lokasi yang ditawarkan yakni di provinsi timur kerajaan dekat perbatasan dengan Qatar dan Uni Emirat Arab, menurut pejabat Saudi yang tidak disebutkan namanya, seperti dikutip dari Al-Monitor, Sabtu (26/8/2023).

Baca Juga

Kesepakatan untuk reaktor nuklir bersifat jangka panjang dan menguntungkan. Artinya kesepakatan tersebut sangat bersifat politis. Riyadh sebelumnya berupaya bermitra dengan Amerika Serikat untuk membangun program nuklir sipil sebagai bagian dari kemungkinan normalisasi hubungan dengan Israel, di mana saat ini Arab Saudi tidak memiliki hubungan diplomatik resmi dengan Israel.

Para pejabat Amerika dan Israel khawatir hal ini akan membuka jalan bagi Saudi untuk mulai membuat senjata nuklir. Para pejabat AS telah mengatakan mereka hanya akan berbagi teknologi tenaga nuklir jika perjanjian tersebut mencegah Arab Saudi memperkaya uranium atau memproses ulang plutonium yang dibuat di reaktor.

Hal itu karena aktivitas tersebut dapat mengakibatkan pengembangan senjata nuklir. Menteri Energi Israel juga menyuarakan penolakannya terhadap Saudi yang memulai program nuklir sipil.

Di sisi lain, China tidak mempunyai kewajiban non-proliferasi dan Riyadh telah memperdalam hubungan dengan Beijing selama setahun terakhir. Tiongkok menjadi perantara kesepakatan normalisasi antara Arab Saudi dan Iran, dua musuh lama, pada Maret lalu.

China juga merupakan pembeli terbesar minyak mentah Arab Saudi, di mana kerajaan tersebut merupakan produsen minyak mentah terbesar di dunia. Namun, Riyadh adalah pembeli senjata AS terbesar di dunia. Kedua negara baik AS dan Saudi merupakan sekutu lama.

Arab Saudi menginginkan jaminan keamanan dari Washington jika ingin menyetujui normalisasi hubungan dengan Israel. Para pejabat Saudi mengatakan kepada Wall Street Journal bahwa negosiasi dengan Tiongkok akan menekan Amerika Serikat untuk berkompromi dengan syarat non-proliferasi.

Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman juga disebut siap menyetujui kesepakatan Tiongkok jika perundingan AS gagal. Kementerian Luar Negeri Tiongkok tidak mengkonfirmasi laporan tersebut. Namun juru bicara kementerian memberikan pernyataan pada konferensi pers.

"Tiongkok akan terus melakukan kerja sama yang saling menguntungkan dengan Arab Saudi di berbagai bidang, termasuk energi nuklir sipil, sambil secara ketat mematuhi kewajiban non-proliferasi internasional," kata jubir itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement