REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Ada sejarah panjang di balik sang saka Merah Putih menjadi bendera Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bendera merah putih faktanya terilham dari panji-panji kerajaan-kerajaan Nusantara yang juga menggunakan warna merah dan putih sebagai warna kebesarannya.
"Sang Merah putih ditetapkan mendjadi bendera nasional bangsa dan negara Indonesia adalah tidak sekedar tjiptaan-tjiptaan belaka jang tanpa dasar-dasar dan segi warna serta gunanja dan sebagainya mempunyai unsur-unsur dasar jang kuat dan dapat dipertanggung djawabkan," (Madjalah Angkaran Darat yang diterbitkan Penerangan Angkatan Darat, 1957)
Sejak dulu, penduduk bumi Nusantara sangat menghormati warna merah dan warna putih yang dianggap sebagai simbol kesaktian dan kemuliaan. Karena itu dalam berbagai upacara adat dan acara-acara warna merah putih selalu menghiasi. Bahkan di Jawa sejak dulu masyarakat mengenal sedekah bubur merah dan bubur putih agar niat tujuan mulianya terkabul.
Dalam sejarah terbukti bahwa bendera sang saka merah putih telah dikibarkan pada 1292 oleh tentara Sri Jayakatwang, ketika hendak memerintahkan dan memberontak kepada Sri Kertanegara di Singasari 1222-1292. Sejarah itu disebut dalam tulisan tembaga dalam bahasa Jawa lama dan memakai tahun 1216 Saka 1294 Masehi.
Dalam kitab babad Jawa bernama Babad Mentawis (jilid II halaman 123 tersebut bahwa ketika Sultan agung berperang dengan negeri Pati, maka tentaranya bernaung dibawah bendera merah putih gula kelapa. Catatan sejarah, Sultan Agung memerintah dalam tahun 1618-1645 M dan kejadian di atas terjadi kira-kira dalam 1628 M.
Bendera merah putih terinsipirasi dari Bendera Kerajaan Majapahit, sang saka gula kelapa. Warna barisan merah dan putih, melambangkan Nusantara dalam sumpah Amukti Palapa. Bendera ini dikibarkan sebagai panji kemenangan pasukan Raden Wijaya (raja pertama Majapahit) dalam pertempuran melawan pasukan Dinasti Yuan dari Tiongkok. Kini dikibarkan oleh TNI AL sebagai bendera Kapal Republik Indonesia (KRI).
Tetapi menurut Heri Herdiwanto dalam buku Spiritualitasme Pancasila tidak hanya kerajaan Majapahit saja yang memakai bendera merah putih sebagai lambang kebesaran. Sebelum Majapahit, kerajaan Kediri telah memakai panji-panji merah putih.
Selain itu, bendera perang Sisingamangaraja IX dari tanah Batak pun memakai warna merah putih sebagai warna benderanya. Bendera itu bergambar pedang kembar berwarna putih dengan dasar merah menyala dan putih.
Warna merah dan putih ini adalah bendera perang Sisingamangaraja XII. Terdapat lambang pedang kembang melambangkan piso gaja Dompak pusaka raja-raja Sisingamangaraja I-XII.
"Ketika terjadi perang di Aceh, pejuang pejuang Aceh telah menggunakan bendera perang berupa umbul-umbul dengan warna merah dan putih, di bagian belakang diaplikasikan gambar pedang bulan sabit, matahari, bintang serta beberapa ayat suci Alquran," (Heri Herdiwanto dalam buku Spiritualitasme Pancasila Heri Herdiwanto, penerbit Prenada media group, 2018)
Di zaman kerajaan Bugis Bone Sulawesi Selatan sebelum dipimpin Arung Palakka, bendera merah putih adalah simbol kekuasaan dan kebesaran Kerajaan Bone. Bendera Bone dikenal dengan nama Woromporang. Pada perang Jawa 1825-1830 m pangeran Diponegoro memakai panji-panji berwarna merah putih dalam perjuangannya melawan Belanda.
Pada 1922 perkumpulan perhimpunan Indonesia mengibarkan bendera merah putih namun demikian terdapat gambar kepala kerbau di tengah -tengahnya.
Pada 1924 perkumpulan itu mengeluarkan buku peringatan 1908-1923 memperingati hidupnya perkumpulan itu selama 15 tahun di tanah eropa. Buku itu kulitnya bergambar bendera merah putih kepala banteng.
Pada 1927 di kota Bandung perkumpulan politik revolusioner partai nasional Indonesia (PNI) partai itu mengibarkan bendera merah putih kepala banteng.
Pada 28 Oktober 1928 berkibarlah untuk pertama kalinya bendera kebangsaan di kota Jakarta yaitu dalam kongres pemuda di bawah pimpinan Perhimpunan Pelajar Indonesia.
Semenjak itu berkibarlah bendera kebangsaan merah putih di mana-mana diseluruh Indonesia dari satu tempat ke tempat lain dari pulau ke pulau.
Hingga akhirnya pada 1944, bendera pusaka dibuat oleh Fatmawati, istri Presiden Soekarno. Bendera berbahan katun jepang ada juga yang menyebutkan bahan bendera tersetadalah kain wol dari London yang diperoleh dari seorang Jepang. Bahan ini memang pada saat itu digunakan khusus untuk membuat bendera bendera negara di dunia karena terkenal dengan keawetannya.
Baca juga: Sosok Perempuan Hebat di Balik Tumbangnya Tiran dan Singgasana Firaun
Berkibar 276x200 cm sejak 1946 sampai 1968 bendera tersebut hanya dikibarkan pada setiap hari ulang tahun kemerdekaan RI.
Sejak 1968 bendera itu tidak pernah dikabarkan lagi dan sampai saat ini disimpan di istana merdeka. Bendera itu sempat sobek di dua ujungnya, ujung berwarna putih sobek sebentar 12x42 cm.
Ujung berwarna merah sobek sebesar 15 x 47 cm. lalu ada bolong bolong kecil karena jamur dan gigitan serangga, noda berwarna kecoklatan, hitam dan putih.
Karena terlalu lama dilipat, lipatan-lipatan itupun sobek dan warna di sekitar lipatannya memudar.
Setelah 1969, yang dikerek dan dikibarkan pada hari ulang tahun kemerdekaan RI adalah bendera duplikatnya yang terbuat dari surga. Bendera pusaka turut pula dihadirkan namun dia hanya menyaksikan dari dalam kotak penyimpanannya.
"Bendera pusaka dibuat oleh Fatmawati, istri Presiden Soekarno. Bendera itu dibuat dari kain dengan bahan katun yang berasal dari Jepang. Ada juga yang menyebutkan bahwa bahan untuk membuat bendera Sang Saka Merah Putih tersebut adalah kain wool dari London, Inggris yang diperoleh dari seorang Jepang," (Woro Miswati dalam buku Indonesia Merdeka, penerbit Be Champion).