Selasa 30 May 2023 09:30 WIB

Tokoh Agama Amerika Serukan Perdamaian dan Hentikan Peperangan

Dunia menginginkan peperangan yang saat ini terjadi dihentikan demi perdamaian.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Erdy Nasrul
Aksi peperangan Rusia dan Ukraina.
Foto: Prigozhin Press Service via AP
Aksi peperangan Rusia dan Ukraina.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejumlah tokoh agama di New York melakukan pertemuan tahunan, Ahad (28/5/2023) kemarin. Agenda tahun ini mengangkat tema “New Decade, making institutional peace take root”.

Sebuah organisasi yang bergerak di bidang perdamaian dunia, HWPL, didapuk menjadi tuan rumah untuk agenga kali ini. Organisasi ini awalnya diinisiasi oleh seorang veteran perang saudara Korea, Chairman Lee.

Baca Juga

Imam Shamsi Ali, salah satu ulama Indonesia yang lama tinggal di Amerika, juga turut hadir dalam kegiatan tersebut. Ia hadir sebagai Imam atau tokoh Muslim yang mewakili Komunitas Muslim Kota New York.

"Tema yang diangkat, seperti disebutkan di awal, kira-kira menguatkan urgensi institusi perdamaian mengakar dalam masyarakat dan dunia. Maknanya bahwa kecenderungan masyarakat dan dunia kepada kekerasan dan peperangan (tend to violence) harus tergantikan oleh budaya damai (culture of peace), kerjasama (cooperation) dan kebersamaan (unity)," kata dia dalam pesan yang didapat Republika.co.id, Selasa (30/5/2023).

Ia menyebut budaya ini harus terwujud ke dalam institusi, baik formal pada level pemerintahan maupun kemasyarakatan. Ternasuk organisasi-organisasi keagamaan.

Dalam paparan singkatnya selama kegiatan, Imam Shamsi Ali menyebut pertemuan itu memiliki nilai tambah, karena dilakukan pasca pandemi Covid-19. Dalam waktu yang bersamaan, berbagai ancaman atas perdamaian dunia semakin membesar atau nyata, serta terjadi hampir pada semua tingkatan dan aspek kehidupan manusia.

Dengan segala optimisme yang ada, ia menyebut semua pihak harus mengakui bahwa perdamaian dunia sedang dalam ancaman yang serius. Mulai dari persenjataan yang tidak terkontrol di Amerika, peperangan di berbagai belahan dunia termasuk Ukraina, kekerasan-kekerasan rasial kelompok minoritas seperti di India, hingga kemiskinan dan ketidak adilan yang masih dominan di dunai. Belum lagi berbicara tentang ancaman perubahan iklim lingkungan hidup yang sangat nyata di depan mata.

"Manusia itu secara alami terlahir dengan tabiat baik dan damai. Manusia terlahir membawa hati. Dengan hati itu manusia memilki rasa cinta dan kasih sayang. Hanya saja terjadi deviasi karena ragam faktor kehidupan dunianya," lanjut dia.

Imam Shamsi Ali lalu menyebut ada dua faktor yang menyebabkan peperangan, yaitu ketidaktahuan (ignorance) dan kesulitan mengontrol tendensi egoistik. Kejahilan disebut bisa menjadi bagian dari ketidaktahuan tersebut. Adapun ego yang ada melahirkan berbagai prilaku yang melampaui batas (huduud), yang dikenal dengan ekremisme atau radikalisme. Termasuk yang nampak dominan saat ini adalah l’estremisme agama dan politik.

"Solusi menghadapi ancaman perdamaian adalah dengan konsep Qurani. Dalam Surah Al-Hujurat ayat ke 13 disebutkan bahwa manusia asalnya adalah satu keluarga besar (dari Adam dan Hawa). Tapi dengan hikmah, Allah menjadikan mereka ragam (bersuku-suku dan berbangsa-bangsa). Bukan untuk saling memusuhi dan berperang, tapi untuk saling mengenal," ujar dia.

Selain saling mengenal, hal lain yang perlu dilakukan untuk menjaga perdamaian adalah mampu mengendalikan ego hawa nafsu. Berbagai peperangan dan kerusakan disebabkan oleh kegagalan manusia dalam mengontrol keegoan hawa nafsunya.

Bahkan, dalam beragama sekalipun tidak jarang yang dominan adalah ego dan hawa nafsu. Fenomena ini kemudian menjadikan agama nampak buruk, seolah semakin beragama justeru semakin bringas dan kehilangan etika.

Sebagai penutup, ia menekankan bahwa dunia ini adalah dunia global yang ditandai oleh keterikatan satu sama lain. Karenanya, di depan hanya ada dua kemungkinan, membangun kerjasama dan bersama-sama menyelamatkan dunia ini sebagai rumah bersama atau membiarkan mereka yang tidak bertanggng jawab merusaknya dan semua orang hancur bersama. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement