REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Umat Islam di seluruh Malaysia mengambil kesempatan untuk menentukan arah kiblat di lokasi masing-masing menyusul fenomena Istiwa' A'dzam pada pukul 17.18, Ahad (28/5/2023).
Asisten Urusan Islam Departemen Mufti Wilayah Federal (Unit Astronomi) Muhammad Saidul Marjuni mengatakan Istiwa' A'dzam adalah fenomena yang terjadi dua kali setahun pada 28 Mei (17.18) dan 16 Juli (17.26) ketika matahari sejajar tepat di atas matahari Kakbah di Makkah, yang merupakan kiblat atau arah menghadap bagi umat Islam untuk melaksanakan shalat.
Bayangan yang dihasilkan matahari pada saat itu (waktu yang ditetapkan pada kedua tanggal), tepat menunjuk ke arah kiblat.
“Kami merekomendasikan umat Islam untuk memastikan keakuratan arah kiblat di rumah mereka sehingga kita dapat beribadah dengan lebih akurat,” kata dia dilansir di The Sun, Senin (29/5/2023).
Muhammad Saidul menjelaskan kepada pengunjung bagaimana arah kiblat dapat ditentukan berdasarkan arah bayangan, dengan menggunakan beberapa benda yang biasanya mudah ditemukan di rumah seperti benang, kertas dan tongkat.
Di Penang, Departemen Mufti negara telah mengeluarkan surat edaran ke semua masjid untuk menentukan arah kiblat, sehubungan dengan fenomena Istiwa' A'dzam, menyusul keputusan Komite Fatwa negara.
Asisten Senior Mufti (Astronomi), Muhammad Haniff Baderun, mengatakan total ada 33 masjid yang telah melakukan peninjauan, dan masih ada lebih dari 174 masjid yang perlu dilakukan, terutama masjid yang dibangun sebelum tahun 1990-an.
Di Sabah, cuaca cerah di sebagian besar tempat hari ini, memungkinkan masyarakat di negara bagian itu untuk menentukan arah kiblat di rumah masing-masing.
Di antara yang berbagi pengalaman adalah Imam Masjid Ar-Akmar di Kota Kinabalu, Mohd Muslihin Tamin, 64 tahun, yang mengatakan bahwa ia dan pengurus masjid menginformasikan kepada jamaah masjid tentang fenomena Istiwa' A'dzam sejak pekan lalu.
Deiryll Jonisan, 27 tahun, seorang guru dari Gayang, Tuaran, mengaku senang dengan fenomena hari ini karena memungkinkannya untuk menentukan arah kiblat yang sebelumnya dilakukan hanya dengan menggunakan aplikasi smartphone.
Di Sarawak, cuaca panas terik di sekitar Bintulu yang terletak di wilayah tengah negara bagian itu memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk menyaksikan fenomena Istiwa' A'dzam di Pusat Astronomi Bintulu. Menurut asisten utama Mufti (Divisi Astronomi) Departemen Mufti Negara, Razalie Hussaini, sekitar 50 orang menyaksikan fenomena tersebut, termasuk pejabat pusat, pejabat departemen Mufti dan perwakilan masjid dan surau di sekitar Bintulu.
Sementara itu, kondisi cuaca yang kurang mendukung di beberapa negara bagian membuat penentuan arah kiblat menjadi sulit.
Di Kelantan, upaya beberapa jamaah dari Masjid Haji Mohamad Nor, Blok Pasir Puteh, Mengkebang di Kuala Krai, tidak berhasil karena cuaca mendung menyebabkan tidak terlihatnya bayangan di area terbuka masjid.
Imam masjid, Mohd Solleh Mohamad mengatakan, segala persiapan telah dilakukan jamaah sejak dini hari tadi, karena tak ingin melewatkan kesempatan untuk menyaksikan fenomena Istiwa' A'dzam kemarin.
Di Johor, cuaca mendung membuat bayangan yang digunakan untuk menentukan arah kiblat tidak terlihat jelas.
Anggota Johor Astronomy Club, Azfanizam Abdul Aziz, 41 tahun mengatakan, meski bayangan itu hanya terlihat sedikit tepat pukul 17.18, namun tetap bisa dijadikan panduan untuk menentukan arah kiblat dengan menggunakan peralatan sederhana, benda vertikal semacam pensil.