REPUBLIKA.CO.ID, WINA -- Austria tercatat mengalami 1.324 insiden rasialisme anti-Muslim dan Islamofobia tahun lalu. Menurut Laporan 2022 tentang Rasialisme Anti-Muslim yang dirilis oleh Pusat Dokumentasi dan Konseling Austria untuk Muslim, sebagian besar serangan terjadi di platform digital.

Dalam laporan itu disampaikan, 15,2 persen dari mereka yang menjadi sasaran rasialisme anti-Muslim, serangan verbal dan fisik, adalah laki-laki. Sementara itu, lebih dari dua kali lipatnya yang menjadi korban adalah perempuan atau sebanyak 40,2 persen.

Angka tersebut juga menunjukkan, dari serangan online tersebut, 92 persen merupakan ujaran kebencian terhadap Islam dan Muslim. Sedangkan, 5 persen serangan itu dalam bentuk hasutan.

Dilansir di Anadolu Agency, Selasa (23/5/2023), sebanyak 81,6 persen serangan dilakukan di platform daring. Sementara itu, 38,9 persen di antaranya terjadi di berbagai bidang kehidupan sosial di Austria yang menjadi tempat tinggal sekitar 700 ribu Muslim.

Tidak hanya itu, laporan tersebut juga menyatakan, Ibu kota Wina mengalami jumlah insiden rasial terbesar dengan 112 insiden. Mereka menekankan bahwa catatan itu hanya mencerminkan sebagian kecil dari total serangan yang ada.

Berbicara kepada Anadolu, Selime Ture dari pusat dokumentasi dan konseling mengatakan, rasialisme anti-Muslim menjadi sebuah hal yang normal di Austria. Dia mengatakan, beberapa dari apa yang disebut studi akademis oleh institusi yang bias dapat memainkan peran kunci dalam tren yang meningkat ini. Ture menambahkan, pengakuan terhadap masalah Islamofobia sangat dibutuhkan, seperti yang disangkal dalam politik Austria.

Ikuti Whatsapp Channel Republika