Jumat 19 May 2023 16:46 WIB

Bandingkan Muhammadiyah dengan Malaysia, Thomas Djamaluddin: Wujudul Hilal Kriteria Usang

Thomas Djamaluddin ajak Muhammadiyah menuju ke kesatuan umat Islam Indonesia..

Rep: Nawir Arsyad/ Red: Muhammad Hafil
 Wujudul Hilal Kriteria Usang, Thomas Djamaluddin Bandingkan Muhammadiyah dengan Malaysia. Foto: Thomas Djamaluddin
Foto:

Sebelummya, pada acara silaturahmi menjelang Idul Fitri pada 18 April 2023, PP Muhammadiyah menjelaskan menggunakan metode hisab karena untuk kemudahan dan kepraktisan. Ketua PP Muhammadiyah Prof Syamsul Anwar menyebutkan bahwa kemudahan dalam Alquran menjadi sebuah prinsip Allah menghendaki kemudahan dan tidak menghendaki kesukaran.

“Salah satu yang memberi kemudahan dalam kehidupan kita adalah kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam penentuan awal bulan baru pun kita menggunakan kemudahan oleh ilmu pengetahuan tidak perlu bersusah-susah mengeluarkan biaya besar untuk menentukan masuk bulan baru seperti bulan Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah. Kita cukup melakukan dengan perhitungan,” ungkapnya.

Selain itu Prof Syamsul Anwar mengungkapkan alasan kenapa dalam perhitungan hisab hakiki wujudul hilal menggunakan nol derajat, karena Indonesia berada di zona daerah timur bumi GMT +7 yang artinya 7 jam mendahului GMT. “Jika kita terlalu tinggi maka kita akan terlambat memasuki bulan baru dan rendah di timur penting untuk penyatuan kalender Islam secara global,” pungkasnya.

Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Haedar Nashir menyampaikan melalui hisab hakiki wujudul hilal prinsipnya pada keberadaan atau wujudnya. “Hilal nol derajat sampai berapa pun itulah yang dipakai oleh Muhammadiyah. Maka jangan ditanyakan berapa derajatnya untuk menentukan karena dari nol sampai sekian,” ungkapnya dalam

Bagi Muhammadiyah, tidak bisa melihat atau tidak tampak belum tentu bahwa hilal tidak ada. Hal ini bisa diibaratkan suatu benda tidak bisa terlihat karena terhalang oleh benda lain ataupun karena kendala cuaca dan kendala teknologi.

Kemudahan lainnya yaitu bisa dipastikan jauh sebelumnya seperti masyarakat mengikuti tanggal kalender.

“Maka Muhammadiyah mengusulkan agar kita lebih sama ke depannya dengan kalender global atau kalender internasional. Dengan hisab kita bisa menghitung 50 sampai 100 tahun ke depan,” ungkapnya.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement