Selasa 02 May 2023 14:19 WIB

SAS Institute Imbau Umat tak Terhasut Isu-Isu Al Zaytun

Pesantren Al Zaytun memunculkan sejumlah kontroversi belakangan ini.

Sholat Idul Fitri di Pondok Pesantren Al Zaytun
Foto: Tangkapan Layar IG Kepanitiaanalzaytun
Sholat Idul Fitri di Pondok Pesantren Al Zaytun

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Abi Rekso selaku Sekretaris Eksekutif Said Aqil Sirodj Institute mengimbau kepada masyarakat Muslim untuk tidak mudah terhasut dengan isu-isu seperti yang muncul dari Pesantren Al Zaytun. Karena MUI sudah memberikan penjelasan yang lugas, dan masyarakat bisa mengacu kembali kepada MUI jika ada hal-hal yang rancu seperti ini.

Seperti diketahui, pada awal Syawal, beredar sebuah video yang mempertontonkan sebuah prosesi sholat Ied dengan mencampur shaf pria dan wanita dalam satu barisan. Setelah ditelusuri, kejadian itu terjadi pada waktu sholat Ied 1 Syawal 1444 di Pesantren Al-Zaytun, Patrol - Indramayu.

Baca Juga

Polemik publik terus berjalan karena pemberitaan terkait dengan video tersebut juga begitu gencar di sosial media. Kejanggalan lain juga bukan saja terkait dengan shaf yang dicampur, melainkan juga bagaimana jamaah shalat Ied duduk diatas kursi lipat dengan kerapatan shaf yang sangat renggang.

Dalam sebuah penjelasan pimpinan Pondok Pesantren Al-Zaytun, Panji Gumilang menjelaskan bahwa hal itu adalah urusan perempuan. Dalam penjelasannya dia mengatakan bahwa dibebaskan kaum perempuan untuk mengambil shaf depan di belakang Imam shalat.

Dirinya juga menekankan bahwa mazhab yang dianut adalah mazhab Bung Karno. “Kalau ditanya mazhabnya apa, la nanti saya jelaskan aneh lagi. Ini Mazhab Bung Karno. Karena saya pernah bertemu beliau saat kelas 3 SD (Sekolah Rakyat),” kata Panji Gumilang menjelaskan.

TIdak tanggung-tanggung, bahkan Panji Gumilang meyakini bahwa Megawati Soekarnoputri selaku anak kandung dari Ir. Sukarno tidak pernah membaca buku Di Bawah Bendera Revolusi (DBR), karya Bung Karno. 

“Saya membaca Di Bawah Bendera Revolusi (DBR) secara mendalam, hingga tuntas. Bukan hanya membaca, bahkan saya menghafal setiap baris isi buku. Jangan-jangan Ibu Megawati tidak pernah membaca buku ini,” kata Panji Gumilang memaparkan dalam video singkat yang beredar. 

Terkait hal ini, Abi Rekso menilai ada sebuah prakondisi Pemilu 2024 dengan kembali menarik-narik isu Islam. 

“Ini ada operasi intelijen yang bekerja untuk kepentingan pemilu 2024. Kenapa video ini baru muncul tiba-tiba tahun ini? Sebenarnya, secara dalil hukum dan hadits sudah dijelaskan oleh Kiai Marsudi Syuhud dari MUI secara gamblang dan jelas. Bisa ditonton di Youtube, itu tuntas sudah semuanya beliau jelaskan.” 

Abi Rekso melihat ada indikasi yang ingin kembali menggunakan isu Islam, untuk mengeruhkan situasi menjelang Pemilu 2024. Dirinya mencatat ada dua hal penting yang harus dipahami publik terkait isu ini. 

Pertama, ada kesan kontroversi ini sengaja diciptakan dengan pendekatan intelijen politik tertentu. Kedua, dengan menyatakan bahwa aturan shaf shalat dicampur mengacu pada Mazhab Bung Karno ini juga keliru bahkan cenderung sesat.

Ketika ditanya lebih dalam terkait operasi intelijen dari pihak mana, Abi Rekso menyatakan bahwa ada kelompok yang sedang bekerja untuk kepentingan politik tertentu menjelang 2024. 

Baca juga : Pelaku Penembakan Kantor MUI Tewas, tidak Terlihat Ada Bekas Darah

“Produk intelijen itu tidak selalu diciptakan dari negara, organisasi intelijen asing atau swasta juga bisa melakukan cipta kondisi itu,” kata Sekretaris Eksekutif SAS Institute.

Kaitannya dengan pernyataan Panji Gumilang terkait mazhab Bung Karno, Abi Rekso juga menilai hal yang perlu diluruskan karena bisa menjadi hal yang sensitif bagi kaum Muslimin di Indonesia.

"Pernyataan saudara Panji Gumilang ini, berbahaya. Karena Bung Karno dalam Dibawah Bendera Revolusi tidak pernah membahas terkait dengan tata cara dan syariat shalat. Selain itu, Islam hanya mengenal empat mazhab; Imam Hanafi, Imam Syafi’i, Imam Maliki dan Imam Hambali. Jadi tidak ada itu Syariat Islam mazhab Bung Karno, itu pernyataan sesat. Pernyataan saudara Panji ini berpotensi menghasut umat Muslim Indonesia," ujar Abi Rekso.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement