Senin 24 Apr 2023 20:45 WIB

Jika Tak Berjilbab, Wanita Iran Kini Dilarang Masuk Fasilitas Publik

Iran berlakukan aturan ketat penggunaan jilbab di tempat umum

Rep: Umar Mukhtar / Red: Nashih Nashrullah
   Wanita Muslimah Iran, Iran berlakukan aturan ketat penggunaan jilbab di tempat umum
Foto: Vahid Salemi/AP
Wanita Muslimah Iran, Iran berlakukan aturan ketat penggunaan jilbab di tempat umum

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN –  Iran menerapkan aturan yang semakin ketat soal penggunaan hijab. Para wanita di sana dilarang menggunakan kereta bawah tanah jika tidak mengenakan hijab. 

Salah seorang wanita Iran, Shabnam (nama samaran), menceritakan ketika dia dicegah menggunakan kereta bawah tanah saat hendak menuju kampusnya. 

Baca Juga

Seorang petugas mencegah Shabnam memasuki stasiun kereta bawah tanah karena ia tidak menutupi rambutnya. Shabnam dianggap melanggar kebijakan baru Iran tentang penggunaan hijab yang telah diterapkan sepekan yang lalu. 

Shabnam adalah mahasiswi berusia 27 tahun yang tinggal di timur laut kota Masyhad, dan dia hanya salah satu dari sekian banyak wanita yang tidak dapat menikmati fasilitas publik karena tidak mematuhi aturan baru tentang penggunaan hijab. 

Kamis (20/4/2023) lalu pun, otoritas Iran memecat manajer sebuah bioskop setelah seorang aktris terkemuka muncul tanpa jilbab. 

Menurut kantor berita Iran, pengelola Lotus Cinema dipecat karena gagal menegakkan aturan hijab menyusul penampilan aktris Pantea Bahram tanpa hijab di pemutaran perdana serial The Lion Skin. 

Polisi Iran juga telah mengeluarkan pernyataan pada 15 April, yang menyatakan bahwa tindakan akan diambil terhadap perempuan yang melanggar undang-undang hijab di tempat umum, mobil, dan area lain di mana hijab terkadang dilepas. 

Bahkan polisi juga sudah memasang kamera di tempat umum untuk mengidentifikasi dan menghukum perempuan yang tidak mengenakan jilbab. 

"Saya harus menutupi rambut saya agar tidak ketinggalan kelas. Setiap kali saya memutuskan untuk meninggalkan rumah, apakah itu untuk pergi ke universitas atau toko terdekat, saya merasa stres," kata Shabnam, seperti dilansir laman inews.co.uk, Senin (24/4/2023). 

Di Iran, wanita diwajibkan untuk menutupi rambut mereka dengan jilbab dan mengenakan celana longgar di bawah mantel mereka saat berada di depan umum sejak revolusi Islam 1979. 

Kini, aturan tersebut kian diperketat sehingga semakin membatasi para wanita di sana. 

"Setiap hari, saya memikirkan betapa tidak realistisnya bangun dan khawatir tentang konsekuensi potensial dari pakaian saya untuk diri saya dan keluarga saya," kata Shabnam. 

Baca juga: Yang Terjadi Terhadap Tentara Salib Saat Shalahuddin Taklukkan Yerusalem

 

Tren wanita tampil di depan umum tanpa jilbab telah meningkat sejak kematian Mahsa Amini pada September 2022 dalam tahanan. Amini adalah seorang wanita muda yang mengenakan jilbabnya secara tidak benar menurut otoritas Iran. 

Kejadian itu memicu protes nasional yang dipimpin perempuan di mana mereka menyerukan kebebasan yang lebih besar dan hak-hak perempuan. 

Hingga kemudian, beberapa wanita pemberontak ditangkap atau dipanggil oleh pihak berwenang, sementara banyak tempat bisnis ditutup karena kegagalan pemilik atau manajer untuk mematuhi aturan hijab. 

Jutaan pria dan wanita Iran menerima pesan teks di ponsel mereka pekan lalu yang memperingatkan mereka bahwa aturan hijab wajib yang baru harus dipatuhi. 

Berdasarkan kebijakan baru ini, wanita yang tidak berhijab dilarang memasuki berbagai tempat, seperti kantor polisi, kantor pemerintah, universitas, sekolah bahkan pusat perbelanjaan tertentu dan beberapa stasiun kereta bawah tanah. 

"Menjadi perempuan adalah pekerjaan terberat di Iran. Dan ini adalah kesempatan kita untuk membawa perubahan," kata Sahar, salah satu wanita Iran.    

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement