Riwayat H Bakri
Agus menjelaskan, Masjid H Bakri itu dibangun oleh kakeknya pada 1 Agustus 1934. Awalnya, kakeknya itu membangun hanya sebagai tempat ibadah keluarga besar dan warga sekitar kampung.
"Beliau pengusaha dan kiai. Juragan tanahlah," kata Agus.
Namun, hanya sebatas itu informasi yang diketahui Agus mengenai H Bakri. Pasalnya, tak banyak orang yang mengarsipkan informasi kakeknya. Ia hanya tahu kakeknya orang yang cukup dikenal warga sekitar pada masanya.
Kini, H Bakri tak hanya diabadikan dalam sebagai nama masjid. Nama gang masuk ke dalam masjid itu juga dinamai Gang H Bakri.
Sebagai cucu, Agus kini hanya ingin membuat masjid yang dibangun oleh kakeknya itu tetap makmur. Salah satu caranya adalah dengan membuat berbagai kegiatan pengajian rutin setiap pekan.
"Alhamdulillah di sini ada pengajian rutin setiap malam Rabu, malam Sabtu, dan malam Senin. Selama Ramadhan juga insya Allah ada terus kegiatan mulai dari kuliah subuh sampai setelah tarawih," kata Agus.
Selain membuat berbagai program, DKM juga ingin terus mempertahankan konstruksi bangunan Masjid H Bakri. Bangunan masjid itu merupakan bagian dari sejarah, setidaknya sejarah keluarga H Bakri.
"Sekarang memang sudah banyak yang ditambah. Di depan ditambah kanopi, karena banyak pegawai yang sering istirahat. Namun, bangunan yang di tengah (utama) dipertahankan. Karena ini perjuangan aki urang," kata dia.