Selasa 31 Jan 2017 16:17 WIB

Dominasi Angka Tiga di Masjid Al Fattah Tasikmalaya

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Ilham
                        Penampakan Masjid Besar Al Fattah terletak dalam kawasan Pondok Pesantren Tarekat Al Idrisiyyah di Jalan Raya Cisayong, Kabupaten Tasikmalaya. Unsur angka tiga kental dalam pembangunan Masjid ini.
Foto: Republika/Rizky Suryarandika
Penampakan Masjid Besar Al Fattah terletak dalam kawasan Pondok Pesantren Tarekat Al Idrisiyyah di Jalan Raya Cisayong, Kabupaten Tasikmalaya. Unsur angka tiga kental dalam pembangunan Masjid ini.

REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Tak ada yang unik jika melihat interior Masjid Besar Al Fattah yang berada di lingkungan Pesantren Tarekat Al Idrisiyyah, Jalan Raya Cisayong, Kabupaten Tasikmalaya. Meski berdiri megah, tak banyak berbeda dengan kemegahan Masjid besar lain di Indonesia.

Hanya saja, unsur unik Masjid ini baru diketahui setelah berbincang dengan pengurusnya. Ternyata angka tiga mempunyai kaitan erat dengan proses berdirinya Masjid.

Kepala Divisi Publik Relation Pesantren Tarekat Al Idrisiyyah, Sandra Yusuf menjelaskan, bangunan Masjid didirikan di atas tanah seluas 33 x 33 meter persegi, atau 1.089 meter persegi. Sementara, total luas bangunan 33 x 33 x 33 meter persegi, atau 35.957 meter persegi. Pembangunannya ditotal menghabiskan anggaran dari wakaf para donatur sebesar Rp 33 miliar.

Ia menargetkan Masjid dapat rampung dalam waktu tiga tahun pula. Alasanya, semakin cepat pembangunan Masjid maka biayanya akan bisa ditekan karena menghindari kenaikan harga bahan bangunan.

Di balik konsep serba tiga itu, ia mengungkapkan hal itu merupakan penggabungan dari Iman, Ihsan, dan Islam. Atas dasar konsep itu, menurutnya mempunyai pengaruh besar terhadap pembangunan Masjid seperti kemudahan para donatur menyumbangkan dananya.

Berbagai bentuk sumbangan diterima pihak pembangunan Masjid guna mempercepat realisasinya. Bahkan, ada pihak yang sampai mewakafkan sebesar Rp 5 miliar guna pembangunan Masjid ini. Meski enggan menyebut siapa donaturnya, ia berharap hal ini dapat diikuti oleh Muslim di wilayah lain.

"Dengan filosofis angka tiga itu tekad dari Syekh yang kemudian membuka program Tohtohan yang membuat seluruh jamaah mewakafkan harta bendanya dari mulai uang tunai sampai berupa barang dari terkecil atau sepeda motor, mobil, bahkan rumah juga ada. Itu dilelang dan kemudian uangnya diwakafkan ke pembangunan masjid," katanya ketika ditemui wartawan, Selasa (31/1).

Meresapnya konsep angka tiga dalam pembangunan juga menyentuh aspek desain Masjid. Ia menyebut ornamen bangunan masjid terinspirasi dari tiga masjid, yaitu Mesjid Al Aqsa untuk bagian kubahnya, Masjidil Haram untuk menaranya, dan interior serta eksteriornya meniru Masjid Nabawi .

"Kami bangun Masjid ini dengan tiga konsep Masjid yang sudah menjadi ikon umat Islam. Tapi unsur Sunda tetap ada dengan ukiran kayu jati bermotif Padjajaran khas Jawa Barat," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement