Sabtu 11 Mar 2023 23:46 WIB

IPPNU Ajak Pelajar Putri Ciptakan Ruang Aman di Dunia Digital

Pelajar putri NU berkomitmen menumbuhkan rasa aman.

Rep: Muhyiddin/ Red: Muhammad Hafil
Pusat Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) menggelar acara Puncak Harlah IPPNU ke-68 di Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat, Sabtu (11/3/2023). Ketua Umum IPPNU, Whasfi Velasufah mengajak pelajar putri di Indonesia untuk melakukan optimalisasi dalam menciptakan ruang aman bagi pelajar.
Foto: Republika/Muhyiddin
Pusat Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) menggelar acara Puncak Harlah IPPNU ke-68 di Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat, Sabtu (11/3/2023). Ketua Umum IPPNU, Whasfi Velasufah mengajak pelajar putri di Indonesia untuk melakukan optimalisasi dalam menciptakan ruang aman bagi pelajar.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Pusat Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) menggelar acara Puncak Harlah IPPNU ke-68 di Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat, Sabtu (11/3/2023). Dalam acara ini, IPPNU mengajak seluruh instrumen organisasi Nahdlatul Ulama (NU) dan seluruh pelajar putri di Indonesia untuk melakukan optimalisasi dalam menciptakan ruang aman bagi pelajar.

Dalam acara betema “Khidmat Abad Kedua NU, Pelajar Putri Progresif Tanpa Batas” tersebut, pengurus IPPNU juga membacakan “Deklarasi Pelajar Putri”. Deklarasi tersebut disampaikan di hadapan puluhan pelajar putri yang hadir.

Baca Juga

“Dari deklarasi itu kita ingin bersama-sama seluruh instrument IPPNU dan statholder yang ada untuk menciptakan ruang aman bagi pelajar di dunia digital, khususnya pelajar putri,” ujar Ketua Umum IPPNU, Whasfi Velasufah saat ditemui di sela-sela acara Puncak Harlah IPPNU ke-68 di Masjid Istiqlal Jakarta, Sabtu (11/3/2023).

Aktivis perempuan yang akrab dipanggil Vela ini mengatakan, di Indonesia sekarang ini ada tiga dosa besar dunia pendidikan, yaitu intoleransi, bullying atau perundungan, dan kekerasan seksual. Menurut dia, kekerasan seksual sendiri saat ini tidak hanya terjadi di dunia nyata, tapi juga di dunia maya.  

“Sekarang gak cuma di dunia nyata, dunia maya juga banyak terjadi kekerasan,” ucap Vela.

Kedepannya, menurut Vela, IPPNU akan terus mengampanyekan ruang aman. Karena, menurut dia, masih banyak kalangan pelajar yang belum peduli tentang masalah ini. Sehingga, dalam beberapa waktu terakhir di dalam pendidikan pesantren pun banyak pelajar putri yang menjadi korban.

“Banyak di kalangan pelajar yang belum aware, masih takut untuk menolak. Apalagi di pondok pesantren itu kan belum lama juga banyak santri yang menjadi korban,” kata lulusan S2 Universitas Indonesia (UI) ini.

Berikut lima poin “Deklarasi Pelajar Putri: Ciptakan Ruang Aman Bagi Pelajar di Dunia Digital” yang dibacakan pengurus IPPNU periode 2022-2025:

1. IPPNU siap medukung segala bentuk ide dalam mengembangkan digital sebagai ruang bersama.

2. IPPNU mengajak seluruh pelajar di Indonesia untuk berupaya menciptakan ruang aman dan setara bagi pelajar putri di dunia digital.

3. IPPNU akan berkolaborasi dalam meningkatkan kemampuan literasi digital guna terciptanya pelajar yang inovatif dan kreatif.

4. Pelajar putri NU mengecam keras segala bentuk perundungan dan kekerasan yang terjadi di lingkungan pendidikan.

5. Pelajar putri NU berkomitmen menumbuhkan rasa aman dan nyaman antar pelajar untuk siap terlibat dalam perkembangan teknologi di masa depan.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement