Senin 20 Feb 2023 19:36 WIB

Jumlah Pengunjung Yahudi ke Temple Mount akan Dibatasi Selama Ramadhan 

Pembatasan Yahudi ke Temple Mount untuk memberikan kesempatan ibadah Muslim

Rep: Zahrotul Oktaviani / Red: Nashih Nashrullah
Pemukim Yahudi mengunjungi Temple Mount di kompleks Masjid Al Aqsa. (ilustrasi). Pembatasan Yahudi ke Temple Mount untuk memberikan kesempatan ibadah Muslim
Foto: AP/Maya Alleruzzo
Pemukim Yahudi mengunjungi Temple Mount di kompleks Masjid Al Aqsa. (ilustrasi). Pembatasan Yahudi ke Temple Mount untuk memberikan kesempatan ibadah Muslim

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM –  Sebentar lagi setiap Muslim di dunia akan menyambut hadirnya bulan Ramadhan. Di Palestina, jumlah orang Yahudi yang akan masuk ke Temple Mount akan dibatasi selama bulan suci itu. 

Menurut sumber berita Kan 11, sekelompok pejabat senior telah membahas persiapan keamanan menjelang Ramadhan pekan lalu. 

Baca Juga

Dalam pertemuan ini dibahas masalah Temple Mount, yang mana pihak keamanan meminta untuk menutup tempat suci bagi orang Yahudi selama 10 hari terakhir setiap bulan suci, seperti yang dilakukan pada tahun-tahun sebelumnya. 

Laporan tersebut juga menyatakan Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir (Otzma Yehudit) berteriak selama proses diskusi. 

 

"Bahkan pemerintah Bennet tidak membatasi masuk seperti yang Anda inginkan. Pemerintah sebelumnya menutup situs tersebut selama sembilan hari, dan lembaga pertahanan ingin 10. Saya rasa kita tidak perlu menutup Temple Mount untuk orang Yahudi sama sekali," ucapnya dikutip di Times of Israel, Senin (20/2/2023). 

Di sisi lain, sebuah sumber pemerintah tidak menyangkal tuduhan bahwa pemerintah akan menutup Bukit Bait Suci bagi orang Yahudi untuk sebagian waktu Ramadhan. 

Mereka menyatakan kesepakatan bahwa harus ada keseimbangan tradisi Muslim yang ingin bermalam di area tersebut, serta keinginan para orang Yahudi untuk berkunjung. 

"Karena ini bukan masalah status quo dan dibahas sehubungan dengan situasi saat ini setiap tahunnya, diputuskan bahwa masalah tersebut akan dibahas lagi di kemudian hari," ujar sumber tersebut. 

Pemerintahan Israel saat ini secara luas dipandang sebagai sayap paling kanan dalam sejarah. Masih dalam laporan berita yang sama, Ben Gvir menyebut di tahun sebelumnya penutupan Temple Mount untuk Yahudi terjadi selama 9 hari, lebih sedikit dari yang diajukan. 

Dia juga menjelaskan bahwa dirinya percaya situs itu adalah tempat tersuci dalam Yudaisme, sehingga tidak boleh terlarang bagi orang Yahudi sama sekali. 

Tahun lalu, Ben Gvir dan pasangan sayap kanannya Bezalel Smotrich, yang sekarang menjabat sebagai Menteri Keuangan, mengecam langkah pemerintah menutup Temple Mount sebagai tindakan “menyerah pada teror.” 

Selama bulan suci Ramadhan, laporan lonjakan kekerasan terus disampaikan, khususnya di sekitar Temple Mound. Akhir-akhir ini, situasinya bahkan sangat tidak stabil. 

Bukit Bait adalah situs tersuci bagi orang Yahudi, sebagai lokasi dari dua Kuil alkitabiah. Di sisi lain, Masjid Al Aqsa di area itu adalah tempat suci ketiga dalam Islam. Hal ini mengubah daerah tersebut menjadi titik nyala utama dalam konflik Israel-Palestina. 

Di bawah pengaturan yang berlaku selama beberapa dekade, orang Yahudi dan non-Muslim lainnya diizinkan mengunjungi Temple Mount pada jam-jam tertentu, tetapi tidak boleh berdoa di sana. 

Namun dalam beberapa tahun terakhir, nasionalis agama Yahudi, termasuk anggota koalisi pemerintahan baru, semakin sering mengunjungi situs tersebut. 

Baca juga: Ketika Sayyidina Hasan Ditolak Dimakamkan Dekat Sang Kakek Muhammad SAW

Mereka bahkan menuntut hak ibadah yang sama bagi orang Yahudi di sana, membuat marah orang Palestina dan Muslim di seluruh dunia. 

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, sebelumnya telah bertemu dengan Raja Yordania Abdullah II di Amman. Mereka membahas upaya untuk menjaga ketenangan di Temple Mount. 

Menurut laporan media, Netanyahu berjanji kepada Abdullah bahwa status quo di Temple Mount di Yerusalem akan tetap dipertahankan.  

 

Sumber: timesofisrael     

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement