Jumat 10 Feb 2023 22:25 WIB

Komunitas Muslim di Dearborn Hadapi Krisis Kesehatan Mental

Dearborn adalah rumah bagi salah satu komunitas Muslim terbesar di AS.

Rep: Muhyiddin/ Red: Ani Nursalikah
Lampu-lampu hias bertema Ramadhan terpasang di sebuah rumah di Dearborn, Michigan, Amerika Serikat. Komunitas Muslim di Dearborn Hadapi Krisis Kesehatan Mental
Foto: AP/Carlos Osorio
Lampu-lampu hias bertema Ramadhan terpasang di sebuah rumah di Dearborn, Michigan, Amerika Serikat. Komunitas Muslim di Dearborn Hadapi Krisis Kesehatan Mental

REPUBLIKA.CO.ID, DEARBORN -- Polisi yang bermitra dengan pekerja sosial melakukan sejumlah rekor kesehatan mental pada 2022. Berdasarkan laporan itu, komunitas Muslim di kota Dearborn, Michigan, Amerika Serikat (AS) menghadapi masalah kesehatan mental yang semakin meningkat.

Per 21 Desember 2022, petugas di Dearborn menanggapi lebih dari 1.000 panggilan darurat kesehatan mental sepanjang tahun. Angka ini meningkat 31 persen dari tahun sebelumnya.

Baca Juga

Dearborn adalah rumah bagi salah satu komunitas Muslim terbesar di AS dan juga dikenal sebagai ibu kota Amerika Arab. Di kota ini, masalah kesehatan mental diperparah karena stigma yang sering melingkupi penyakit mental di komunitas Muslim.

"Anda memiliki tantangan di semua budaya, termasuk stigma tentang kesehatan mental dan penolakan untuk membicarakannya, tetapi ada beberapa hal yang sangat menonjol dalam budaya Muslim," ujar Presiden Institut Kesehatan Mental Muslim, Harnada Hamid Altalib seperti dilansir Middle East Eye, Jumat (10/2/2023).

Menurut Hamid, ada kekhawatiran tentang Islamofobia bagi komunitas muslim yang tinggal di kota itu sehingga enggan untuk menemui dokter. "Anda memiliki ketidakpercayaan terhadap sistem jika Anda seorang imigran dan tidak berada di negara asal Anda, dan ada keengganan untuk menemui dokter. Khusus untuk Muslim, ada kekhawatiran tentang Islamofobia dalam sistem tersebut,” ucapnya.

Polisi Dearborn, Departemen Kesehatan Masyarakat kota, dan Pusat Komunitas Arab untuk Layanan Ekonomi dan Sosial (Access) telah bekerja sama untuk mengatasi masalah kesehatan mental yang mempengaruhi kota itu.

Pada Januari lalu, Access memulai program menggunakan pekerja sosial di dalam departemen kepolisian untuk menanggapi panggilan darurat terkait kesehatan mental. Di seluruh AS, komunitas sedang memperdebatkan cara memperbaiki sistem perawatan kesehatan mental mereka, dan beberapa advokat komunitas mengatakan polisi tidak siap menanggapi keadaan darurat terkait kesehatan mental.

Bunuh diri di komunitas Muslim

Di Amerika Serikat, bunuh diri adalah penyebab utama kematian. Pada 2020, diperkirakan 12,2 juta orang dewasa Amerika serius memikirkan bunuh diri. Data dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit menunjukkan bahwa ada sekitar 3,2 juta merencanakan percobaan bunuh diri dan 1,2 juta percobaan bunuh diri.

Jumlahnya meningkat pada tahun berikutnya, di mana terdapat sekitar 23 kematian akibat bunuh diri untuk setiap 100 ribu pria, dibandingkan dengan sekitar enam kematian untuk setiap 100 ribu wanita. Meskipun ada sedikit data yang melihat tingkat bunuh diri di komunitas Muslim-Amerika, para ahli mengatakan jumlahnya tinggi.

Dalam studi 2021 lalu yang diterbitkan oleh Journal of American Medical Association, hampir delapan persen Muslim melaporkan upaya bunuh diri dalam hidup mereka. Jika dibandingkan dengan umat agama lainnya, umat Katolik hanya enam persen, Protestan lima persen, dan 3,6 persen responden Yahudi.

Pakar kesehatan mental sebelumnya mengatakan meskipun ada stigma dalam mencari bantuan di setiap komunitas, hal itu sangat akut di kalangan Muslim, dengan masalah kesehatan mental terkadang dikaitkan dengan kurangnya keyakinan.

“Ketika seseorang berkata, ‘Kamu harus lebih banyak berdoa; itu akan membantumu dengan depresi’. Itu tidak selalu benar. Faktanya, dalam beberapa kasus, itu tidak benar sama sekali,” kata seorang psikolog klinis berlisensi dan wakil direktur Khalil Center, Fahad Khan kepada MEE pada 2021.

“Tapi yang benar adalah jika seseorang memiliki hubungan yang lebih dalam dengan agamanya, itu berfungsi sebagai pelindung untuk masalah kesehatan mental yang parah atau bunuh diri, dan itu telah ditunjukkan melalui penelitian,” jelasnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement