REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Kepala Bidang Sosial dan Pemberdayaan Umat Badan Pelaksana Pengelola Masjid Istiqlal, Laksma TNI (Purn) Asep Saepudin mewakili Imam Besar Masjid Istiqlal, Prof KH Nasaruddin Umar menerima kunjungan delegasi Ukraina.
Asep mengatakan, awalnya Imam Besar Masjid Istiqlal menerima surat dari Kedutaan Besar (Kedubes) Ukraina di Indonesia. Dalam surat tersebut disampaikan akan ada delegasi dari Ukraina yang berkunjung ke Masjid Istiqlal.
"Jadi tujuan mereka ke sini ingin mengetahui lebih jauh tentang Masjid Istiqlal, karena sudah terkenal Masjid Istiqlal, mereka juga baca website Istiqlal ini," kata Asep kepada Republika.co.id di Masjid Istiqlal, Selasa (7/3/2023).
Asep mengatakan, sebagaimana diketahui, situasi di Ukraina sedang terjadi konflik. Jadi delegasi dari Ukraina juga minta doa untuk keselamatan bangsa dan negara Ukraina.
"Mereka hanya mohon doa untuk keselamatan bangsa dan negara Ukraina, mohon perlindungan apabila ada pengungsi yang datang ke Indonesia," ujar Asep.
Menurutnya, delegasi Ukraina juga kagum dengan Masjid Istiqlal yang berdampingan dengan Gereja Katedral. Mereka tahu Masjid Istiqlal sangat berpengaruh terutama Imam Besar Masjid Istiqlal.
Pendiri Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Crimea SOS yang berkontribusi pada de-okupasi dan reintegrasi Krimea ke Ukraina, Alim Aliev, menyampaikan maksud kunjungannya beserta rombongan dari Ukraina ke Masjid Istiqlal.
Dia ingin menyampaikan informasi dan menceritakan situasi yang terjadi saat ini di Ukraina.
Alim ingin menceritakan apa yang sesungguhnya terjadi di Ukraina. Ingin memberitakan dampak perang Rusia dan Ukraina terhadap umat Islam yang ada di Ukraina.
"Kami ingin memperkuat hubungan dan dialog antara umat Islam Ukraina dan Indonesia, antarorganisasi Islam di Ukraina dan Indonesia, ingin mendekatkan komunitas Muslim," ujar Alim.
Alim mengatakan, selama sembilan tahun terakhir ada invasi Rusia ke wilayah Krimea di Ukraina. Invasi Rusia ini dimulai dengan melakukan okupasi sementara terhadap Krimea. Krimea adalah pusat populasi Muslim di Ukraina.
"Sejak 2014, Rusia secara sistematis melakukan persekusi terhadap kelompok Muslim Krimea, sejak 2014 ada sekitar 4.000 kasus pelanggaran HAM yang terjadi, sebagian besar kasus melibatkan warga Krimea," kata Alim.
Menurutnya, Rusia sebagai kekaisaran ingin menjajah Krimea, dan yang dilakukan Rusia adalah penjajahan. Mereka ingin menghancurkan identitas, tata kelola pemerintahan, budaya dan bahasa.
Baca juga: 4 Sosok Wanita yang Bisa Mengantarkan Seorang Mukmin ke Surga, Siapa Saja?
Alim yang juga menjabat sebagai Wakil Direktur Jenderal Institut Ukraina yang mempromosikan Ukraina dan pakar hubungan bilateral melalui diplomasi publik dan budaya ini menyampaikan, berkaitan dengan persekusi, ada lebih dari 100 orang Krimea yang dipenjara. Mereka dituduh dengan menggunakan pasal-pasal yang berkaitan dengan terorisme dan ekstremisme.
Alim mengatakan, padahal sejak zaman dulu, saat Krimea masih di bawah Uni Soviet sampai sekarang selalu mengedepankan pendekatan non kekerasan.
Alim juga mengaku bahwa sebelum Rusia melakukan okupasi sementara terhadap Krimea pada 2014, umat Islam Krimea bisa bebas beraktivitas dan menjalankan keyakinannya. Muslim Krimea bebas merayakan hari besar agama, beraktivitas sosial dan berpolitik.
"Tapi sejak okupasi sementara oleh Rusia di 2014, semua sudah berhenti (aktivitas Muslim terganggu). Oleh karena itu korban pertama dari federasi Rusia ini adalah Muslim Ukraina," ujar Alim.